Sabtu, 23 Agustus 2025

70 Pemuda Korea Utara Ditangkap karena Tirukan Dialek Korea Selatan

Korea Utara menindak tegas warganya yang mengikuti budaya Korea Selatan atau luar negeri.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/KIM WON JIN
Orang-orang yang memakai topeng wajah pergi setelah meletakkan bunga di depan patung-patung pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il pada kesempatan ulang tahun ke-108 dari pemimpin Korea Utara Kim Il Sung, yang dikenal sebagai Day of the Sun, di Pyongyang pada 15 April 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menindak tegas warganya yang mengikuti budaya Korea Selatan atau luar negeri.

Menurut laporan Radio Free Asia pada (21/7/2020), Korut akhir-akhir ini meningkatkan kampanye pemusnahan pengaruh budaya pop Korsel.

Menurut sumber, pejabat senior mengatakan bahwa sekitar 70 persen dari 25 juta warga Korut menonton drama Korea Selatan dan program TV dari negara itu.

Bahkan pidato yang baru-baru ini rezim sebarkan adalah terkait ancaman hukuman bagi penikmat acara TV Korsel.

Sumber yang mendengar pidato itu mengaku terdapat ancaman hukuman bagi warga yang meniru gaya Korsel baik lisan maupun tulisan.

Baca: Kim Jong Un Berniat Hukum Berat Rakyat Korea Utara yang Ketagihan Nonton Film dan Drama Korea

Baca: Kim Jong Un Lockdown Satu Kota setelah Curigai Masuknya Pasien Corona ke Korea Utara

Rekap Sinopsis Drama Korea It's Okay to Not Be Okay Episode 10: Ketika Gang Tae Harus Memilih
Rekap Sinopsis Drama Korea It's Okay to Not Be Okay (Kolase Tribunnews/tvN)

"Menurut pembicara dalam video itu, 70 persen penduduk di seluruh negeri menonton film dan drama Korea Selatan," kata seorang warga Chongjin, Ibu Kota Provinsi Hamgyong Utara.

Di sana video propaganda itu ditayangkan di semua lembaga negara sejak 3 hingga 4 Juli.

"Pembicara berkata dengan cemas bahwa budaya nasional kita sedang memudar," kata sumber itu.

"Dalam video itu, seorang pejabat dari Komite Sentral (Partai Pekerja Korea) membahas upaya menghilangkan kata-kata khas Korea Selatan, dan mencontohkan hukuman bagi penggunanya," jelasnya.

Tidak hanya ancaman, video propaganda disertai gambar orang-orang yang ditangkap dan diinterogasi karena bicara dan menulis dengan gaya Korsel.

"Lusinan pria dan wanita dicukur kepalanya dan dibelenggu ketika penyelidik menginterogasi mereka," jelasnya lebih lanjut.

Korea Utara dan Korea Selatan memiliki dialek yang berbeda sejak 7 dekade berpisah.

Korea Utara konsisten mempertahankan dialek Pyongyang sebagai bahasa nasional.

Sayangnya pengaruh drama dan acara TV Korea Selatan pelan-pelan mengikis dialek tersebut di kalangan anak muda.

"Sudah terlambat untuk mencegah orang tergoda oleh budaya Korea Selatan, karena daya tariknya sudah sangat mengakar," kata warga Chongjin itu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan