Hari ke-9 Israel-Hamas Memanas: Tank Israel Tembaki Pos Hamas di Jalur Gaza
Tank-tank Israel dikabarkan menembaki pos Hamas di Jalur Gaza, Rabu malam (19/8/2020) sebagai balasan kiriman balon pembakar.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Tank-tank Israel dikabarkan menembaki pos Hamas di Jalur Gaza, Rabu malam (19/8/2020).
Serangan ini diklaim Israel sebagai tanggapan atas gelombang kiriman balon pembakar yang melintasi pagar keamanan menuju kota-kota dan permukiman Israel.
Mengutip Al Jazeera, serangan ini telah berlangsung selama sembilan malam berturut-turut.
Baca: Trump Berharap Arab Saudi Ikuti Jejak UEA Normalisasi Hubungan dengan Israel
Baca: Warga Gaza Palestina Demo Hingga Injak Poster Netanyahu dan Trump, Tolak Kesepakatan UEA-Israel

Meski pun ada upaya pejabat keamanan Mesir untuk mengakhiri gejolak, serangan itu tetap berlanjut.
Media lokal melaporkan, Qatar juga menengahi Israel-Hamas, dengan mengupayakan pemuluhan 48 jam mndatang.
Sementara, pejabat keamanan Gaza mengatakan, serangan Israel menghantam pos pengamatan Hamas di dekat kamp pengungsi al-Maghazi dan al-Bureij di tengah jalur itu, dan kota Khan Younis, lebih jauh ke selatan.
"Tidak ada korban jiwa," kata mereka.
Penutupan pembangkit listrik ini terjadi kurang dari sepekan setelah Israel menangguhkan pengiriman bahan bakar ke Palestina.
Sebelumnya, Palestina dikabarkan meluncurkan balon pembakar yang menyebabkan kebakaran semak di Israel selatan.
Kemudian, sebagai balasan, Israel melakukan serangan tujuh malam berturut-turut, bahkan mengirim 14 roket ke Gaza.
Mengutip Al Jazeera, Gaza yang berada di bawah militan Hamas bergantung pada Israel untuk sebagian besar energinya.
Baca: Israel Tutup Zona Penangkapan Ikan di Lepas Pantai Jalur Gaza
Baca: Militer Israel Serang Pos Pertahanan Hamas di Jalur Gaza
Dengan penduduk berjumlah dua juta, Gaza saat ini menerima listrik sekitar enam jam diikuti dengan pemadaman listrik selama 10 jam.
"Pasokan listrik sekarang mungkin turun menjadi hanya empat jam (per hari),” kata Mohammad Thabet, pejabat di perusahaan distribusi listrik utama Gaza.
Kini, rumah dan bisnis Gaza bergantung pada generator untuk menutupi pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Hal ini pun meningkatkan tekanan keuangan pada orang-orang yang sebagian besar miskin.