Jumat, 22 Agustus 2025

Bahrain: Tak Ada Normalisasi dengan Israel Sebelum Palestina Merdeka

Raja Bahrain memastikan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

AFP/Thomas Coex
Bendera Israel. 

TRIBUNNEWS.COM, MANAMA - Raja Bahrain memastikan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

Bahrain baru akan duduk bersama dengan Israel jika sudah terbentuk negara Palestina merdeka yang diakui seluruh dunia.

Raja Hamad bin Isa al-Khalifah menolak tawaran Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan menyampaikan bahwa komitmennya sebagai negara Teluk adalah untuk membentuk negara Palestina.

Baca: 5 Negara Timur Tengah Ini Diprediksi Akan Berdamai dengan Israel, Ada Bahrain dan Arab Saudi

Melansir Al Jazeera pada Rabu (26/8/2020), diplomat tertinggi AS itu berada di Manama pada Rabu sebagai bagian dari agenda kunjungan ke negara-negara Timur Tengah, yang bertujuan menghimpun dukungan berbagai negara dari dunia Arab untuk menormalisasi hubungan dengaan Israel.

Awal bulan ini Uni Emirat Arab (UEA) telah mengawali melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dalam suatu perjanjian yang dijembatani oleh AS.

Perjanjian itu menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga yang setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania. Namun, tindakan tersebut dikecam oleh Palestina.

Baca: Rakyat Palestina Jadi Korban Deal of Century Gagasan Trump

Sebelum mengunjungi Bahrain, Pompeo berada di Sudan, di mana Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengatakan pada Selasa (25/8/2020), bahwa pemerintah transisinya "tidak memiliki mandat" untuk mengambil langkah membangun hubungan dengan Israel.

Dan pada Rabu, Bahrain menggemakan sentimen sekutunya dan Arab Saudi kelas berat regional, bahwa kesepakatan dengan Israel tidak akan terwujud tanpa pembentukan negara Palestina merdeka.

Menurut News Agency resmi Bahrain, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa mengatakan kepada Pompeo bahwa negaranya tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab (Arab Peace Initiative/API).

Komitmen itu menyerukan penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina yang diduduki sejak 1967, dengan imbalan perdamaian dan normalisasi penuh hubungan dengan Israel.

"Raja menekankan pentingnya meningkatkan upaya untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel sesuai dengan solusi 2 negara...untuk pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya," ujar Hamad bin Isa Al Khalifa seperti yang dikutip dari Al Jazeera.

Pompeo mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa ia membahas dengan penguasa kerajaan Bahrain hanya tentang "pentingnya membangun perdamaian dan stabilitas regional" dan "melawan pengaruh buruk Iran".

Baca: Israel Bombardir Pos-pos Hizbullah di Lebanon, Setelah Militernya Ditembaki

Manama yang pertama kali menyambut pemulihan hubungan UEA dengan Israel, dianggap oleh beberapa pengamat akan menjadi pelapor untuk mengikuti jejak UEA. Hubungan Manama dengan Israel terakhir terjalin pada 1990-an.

Pompeo di UEA

Arab Saudi, meski tidak mengutuk kesepakatan UEA-Israel, telah menolak untuk menormalisasi hubungan sampai Israel menandatangani perjanjian perdamaian yang diakui secara internasional dengan Palestina.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan