15 Tahun Angela Merkel Menjadi Kanselir Jerman
Sebagai kanselir perempuan pertama, Angela Merkel berhasil memimpin Jerman lewati berbagai krisis. Merkel dikenal hati-hati, tidak…
Pada awal tahun ini, krisis pengungsi kembali terjadi di perbatasan Yunani-Turki. Namun Jerman tampaknya belajar dari kesalahan mereka pada lima tahun sebelumnya. Partai ekstrem kanan AfD semakin populer, serangan ekstremis kanan juga makin meningkat di dalam negeri. Merkel tahu bahwa ia harus sangat berhati-hati dalam menangani krisis kali ini.
Tekanan radikalisme memang makin menguat di Eropa, tidak hanya dari ekstremis sayap kanan, tetapi juga kaum fundamentalis berbasis agama. Merkel percaya bahwa negara-negara di Uni Eropa harus bekerja sama dalam menghadapi krisis ini.
Pandemi, teori konspirasi, dan percaya akal sehat
Di ujung masa jabatannya, Merkel rupanya tidak dibiarkan rileks, wabah corona melanda dunia. Hingga kini wabah ini telah merenggut jutaan nyawa, dan menjungkirbalikkan kehidupan banyak orang.
Pertengahan Maret 2020, Angela Merkel pertama kali berbicara langsung dengan publik Jerman melalui televisi, menekankan seriusnya keadaan. "Ini serius. Anda juga harus mengangap ini serius," kata Merkel dalam pidato televisi kepada publik Jerman. "Sejak Perang Dunia Kedua, tidak ada tantangan bagi negara kita yang sangat membutuhkan solidaritas kita semua.”
Berkali-kali, Merkel juga menekankan bahwa orang-orang harus tetap menggunakan akal sehat mereka. Sesuai gayanya yang lugas dan tanpa embel-embel untuk mempermanis keadaan, Merkel secara terbuka mengatakan bahwa situasi ke depan akan sulit, tapi ia juga percaya bahwa Jerman akan bisa melewati ujian ini, jika semua warga benar-benar melakukan bagian mereka.
Pada awal November, Jerman kembali memberlakukan lockdown parsial untuk membendung laju sebaran virus corona SARS-CoV-2. Dalam pidatonya di parlemen Jerman Bundestag, akhir Oktober lalu, Merkel memperingatkan bahwa musim dingin ini akan menjadi musim dingin yang panjang.
“Musim dingin ini akan sulit. Empat bulan yang panjang dan sulit, tapi itu akan berakhir,” ujar Merkel, seraya mengatakan bahwa dia memahami "frustrasi" atas pandemi ini dengan adanya aturan pembatasan baru, tetapi dia mendesak anggota parlemen dan publik untuk melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk memperlambat penyebaran.
"Kebebasan bukan berarti bisa melakukan apa pun yang Anda inginkan," katanya. "Kebebasan adalah tanggung jawab."
Kanselir Merkel juga mengecam maraknya teori konspirasi dan informasi bohong yang beredar di masyarakat saat dunia berusaha memerangi virus ini. “Kebohongan, disinformasi, dan teori konspirasi tidak hanya merusak debat demokrasi, tapi juga perang melawan virus," kata Merkel.
Dikagumi Barrack Obama
Pada Selasa (17/11) mantan Presiden AS Barrack Obama merilis buku memoarnya dan secara khusus memuji Angela Merkel di buku itu. Dalam yang berjudul A Promised Land ini, Obama menulis bahwa Merkel pada awalnya memandang Obama dengan skeptis - mungkin karena pidato Obama yang dinilai kuat dan dengan "retorika yang berlebihan."
Namun, Obama tidak membenci skeptisisme itu dan malah berpendapat bahwa "bagi kepala pemerintahan Jerman, rasa enggan terhadap kemungkinan demagogi mungkin merupakan sikap yang sehat," tulis Obama. Demagogi menjadi kian marak digunakan oleh politisi, yaitu tindakan atau cara untuk mendapatkan dukungan massa dengan cara membangkitkan emosi, alih-alih menyodorkan sebuah gagasan atau solusi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
Setelah tahun-tahun berganti, Obama semakin berpendapat bahwa Merkel menjadi kian menyenangkan, dan menyebutnya sebagai seseorang yang "dapat diandalkan, jujur, tepat secara intelektual, dan ramah secara yang alami." Obama juga memuji karakteristik Merkel yang ia sebut telah membentuk karirn pemimpin Jerman itu secara keseluruhan, yakni: "keterampilan organisasi", "kecerdasan strategis" dan "kesabaran yang tak tergoyahkan."
ae/hp (dpa, AFP, Reuters, zdf)