Bajak Laut Sergap Kapal Turki, Seorang Pelaut Tewas, 15 Lainnya Disandera
Militer Turki Minggu (24/1/2021) mengirimkan pasukan militer guna membebaskan sandera dan mengamankan kapal yang sudah ditinggal kabur perompaknya.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
Jenazah anggota awak akan dipindahkan ketika Mozart mencapai pelabuhan di Gabon. Para perompak menonaktifkan sebagian besar sistem kapal saat kejadian.
Mereka hanya menyisakan sistem navigasi untuk kru yang tersisa untuk menemukan jalan ke pelabuhan terdekat.
Teluk Guinea di lepas pantai Nigeria, Guinea, Togo, Benin, dan Kamerun disebut laut paling berbahaya di dunia karena rawan pembajakan.
Biro Maritim Internasional menyebutkan, Juli 2019, 10 pelaut Turki diculik di lepas pantai Nigeria. Mereka dibebaskan kurang dari sebulan kemudian.
Jumlah pelaut yang diculik di Afrika Barat melonjak lebih dari 50 persen tahun lalu. Biro Maritim mendesak kerja sama internasional lebih besar untuk mengurangi pembajakan.
Perompakan dan penculikan kerap terjadi di Teluk Guinea, perairan yang membentang ribuan kilometer (mil) dari Angola di selatan hingga Senegal di utara.
Jumlah awak yang ditangkap di sana melonjak dari 78 pada 2018 menjadi 121 tahun lalu - lebih dari 90 persen penculikan yang dilaporkan di laut di seluruh dunia.
“Wilayah ini telah mencatat peningkatan penculikan awak yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Michael Howlett, Direktur IMB yang berbasis di Kuala Lumpur.
Dia menyerukan "peningkatan pertukaran informasi dan koordinasi antara kapal, pelaporan dan badan tanggapan di Teluk Guinea".
Namun secara global. pembajakan dan perampokan bersenjata yang dilaporkan terhadap kapal-kapal di seluruh dunia turun pada 2019 menjadi 162 dari 201 tahun sebelumnya.
Teluk Guinea kini telah melampaui Teluk Aden, lepas Somalia, sebagai hotspot pembajakan Afrika. Negara-negara di kawasan itu telah berusaha selama bertahun-tahun untuk meningkatkan sarana intervensi dan meningkatkan kerja sama.
Serangan di kawasna Teluk Guinea, rumah bagi dua produsen minyak utama Afrika Sub-Sahara, Nigeria dan Angola, telah sangat mengganggu rute pengiriman internasional dan menimbulkan biaya ekonomi yang besar.
Oceans Beyond Piracy, program yang mempelajari serangan maritime, mencatat pada 2017, biaya ke Afrika Barat diperkirakan lebih dari $ 818 juta, termasuk aktivitas angkatan laut dan kontrak layanan keamanan.
Geng kriminal di masa lalu biasa mencuri kargo minyak, tetapi telah mengubah taktik selama dekade terakhir untuk menculik pelaut untuk mendapatkan uang tebusan.
Sebagian besar masalah berasal dari Delta Niger, di Nigeria, markas bagi para perompak yang menggunakan speedboat bertenaga tinggi untuk menyerang kapal yang lewat dan menculik awaknya.
Selat Singapura, pintu gerbang pengiriman ke pusat perdagangan, juga mengalami lonjakan pembajakan dengan 12 perampokan bersenjata dari kapal yang dilaporkan pada 2019.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)