Minggu, 7 September 2025

Bajak Laut Sergap Kapal Turki, Seorang Pelaut Tewas, 15 Lainnya Disandera  

Militer Turki Minggu (24/1/2021) mengirimkan pasukan militer guna membebaskan sandera dan mengamankan kapal yang sudah ditinggal kabur perompaknya.

wikimedia
FILE - Perompak meninggalkan kapal dagang MV Faina di Samudra India menuju pantai Somalia pada 8 Oktober 2008 di bawah pengawasan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. 

TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN – Kawanan bajak laut menyergap kapal kargo Turki berbendera Liberia di lepas pantai Afrika Barat.

Seorang awak kapal tewas, 15 orang lain asal Turki disandera.  Kapal sedang berlayar dari Lagos ke Cape Town ketika diserang di barat laut Sao Tome dan Principe, Sabtu (23/1/2021) waktu setempat.

Militer Turki Minggu (24/1/2021) mengirimkan pasukan militer guna membebaskan sandera dan mengamankan kapal yang sudah ditinggal kabur perompaknya.

Direktorat Maritim Turki mengatakan para awak kapal awalnya mengunci diri mereka di area yang aman. Tapi para perompak memaksa masuk setelah enam jam.

Dalam perjuangan tersebut, salah satu awak kapal MV Mozart tewas. Media Turki mengidentifikasi korban yang teknisi bernama Farman Ismayilov dari Azerbaijan.

Ia satu-satunya awak non-Turki. Setelah membawa sebagian besar awak, para perompak meninggalkan kapal di Teluk Guinea, menyisakan tiga pelaut di dalamnya.

Mengutip Anadolu, Aljazeera mengabarkan kapal kargo kini berlayar menuju Pelabuhan-Gentil Gabon, titik terdekat dari lokasi perompakan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dua kali dengan perwira senior yang tersisa di kapal, Furkan Yaren.

Erdogan mengeluarkan perintah kepada militer agar menyelamatkan kru yang diculik dan disandera kawanan bajak laut yang belum diketahui identitasnya.

Yaren, dikutip pemerintah Turki mengatakan, para perompak memukuli anggota awak, dan meninggalkannya dalam posisi kaki terluka.

Awak lain sebagian terluka akibat pecahan peluru saat perompak mendobrak ruang persembunyian kru kapal.

"Pemilik dan operator MV Mozart, yang dibajak di Teluk Guinea, mengonfirmasi seorang awaknya telah terbunuh dan yang lainnya diculik," kata Baden Maritime yang berbasis di Istanbul.

Perairan Paling Berbahaya di Dunia Saat Ini

MV Mozart berbendera Liberia, sedang berlayar dari Lagos, Nigeria, ke Cape Town di Afrika Selatan ketika diserang di 100 mil laut (185 km) barat laut negara pulau Sao Tome dan Principe Sabtu pagi.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berbicara dengan mitranya dari Azerbaijan untuk menyampaikan belasungkawa.

Jenazah anggota awak akan dipindahkan ketika Mozart mencapai pelabuhan di Gabon. Para perompak menonaktifkan sebagian besar sistem kapal saat kejadian.

Mereka hanya menyisakan sistem navigasi untuk kru yang tersisa untuk menemukan jalan ke pelabuhan terdekat.

Teluk Guinea di lepas pantai Nigeria, Guinea, Togo, Benin, dan Kamerun disebut laut paling berbahaya di dunia karena rawan pembajakan.

Biro Maritim Internasional menyebutkan, Juli 2019, 10 pelaut Turki diculik di lepas pantai Nigeria. Mereka dibebaskan kurang dari sebulan kemudian.

Jumlah pelaut yang diculik di Afrika Barat melonjak lebih dari 50 persen tahun lalu. Biro Maritim mendesak kerja sama internasional lebih besar untuk mengurangi pembajakan.

Perompakan dan penculikan kerap terjadi di Teluk Guinea, perairan yang membentang ribuan kilometer (mil) dari Angola di selatan hingga Senegal di utara.

Jumlah awak yang ditangkap di sana melonjak dari 78 pada 2018 menjadi 121 tahun lalu - lebih dari 90 persen penculikan yang dilaporkan di laut di seluruh dunia.

“Wilayah ini telah mencatat peningkatan penculikan awak yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Michael Howlett, Direktur IMB yang berbasis di Kuala Lumpur.

Dia menyerukan "peningkatan pertukaran informasi dan koordinasi antara kapal, pelaporan dan badan tanggapan di Teluk Guinea".

Namun secara global. pembajakan dan perampokan bersenjata yang dilaporkan terhadap kapal-kapal di seluruh dunia turun pada 2019 menjadi 162 dari 201 tahun sebelumnya.

Teluk Guinea kini telah melampaui Teluk Aden, lepas Somalia, sebagai hotspot pembajakan Afrika. Negara-negara di kawasan itu telah berusaha selama bertahun-tahun untuk meningkatkan sarana intervensi dan meningkatkan kerja sama.

Serangan di kawasna Teluk Guinea, rumah bagi dua produsen minyak utama Afrika Sub-Sahara, Nigeria dan Angola, telah sangat mengganggu rute pengiriman internasional dan menimbulkan biaya ekonomi yang besar.

Oceans Beyond Piracy, program yang mempelajari serangan maritime, mencatat pada 2017, biaya ke Afrika Barat diperkirakan lebih dari $ 818 juta, termasuk aktivitas angkatan laut dan kontrak layanan keamanan.

Geng kriminal di masa lalu biasa mencuri kargo minyak, tetapi telah mengubah taktik selama dekade terakhir untuk menculik pelaut untuk mendapatkan uang tebusan.

Sebagian besar masalah berasal dari Delta Niger, di Nigeria, markas bagi para perompak yang menggunakan speedboat bertenaga tinggi untuk menyerang kapal yang lewat dan menculik awaknya.

Selat Singapura, pintu gerbang pengiriman ke pusat perdagangan, juga mengalami lonjakan pembajakan dengan 12 perampokan bersenjata dari kapal yang dilaporkan pada 2019.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan