Korea Selatan dan AS akan Kembali Gelar Latihan Militer Selama 9 Hari
Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) akan memulai latihan militer tahunan mereka pada Senin (8/3/2021).
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Gigih
Meski pun latihan minggu ini akan memberikan kesempatan untuk menilai kesiapan Seoul untuk mengambil alih OPCON.
Hal ini dinilai merupakan kesempatan bagi Presiden Korea Selatan, Moon Jae-In untuk menunjukkan kekuatannya kepada Korea Utara.
Bahkan sebelum pandemi, latihan telah dikurangi untuk memfasilitasi negosiasi AS yang bertujuan membongkar program nuklir Pyongyang.
Namun, pembicaraan itu telah menemui jalan buntu sejak pertemuan puncak antara para pemimpin Korea Utara dan AS gagal pada Februari 2019, setelah Presiden AS Donald Trump menolak tuntutan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk pencabutan sanksi secara luas dengan imbalan menyerahkan sebagian kemampuan nuklir negaranya.

Dengan pembicaraan terhenti dan Kim berjanji pada Januari untuk memperluas program senjatanya, para ahli khawatir Korea Utara dapat menggunakan latihan militer yang akan datang untuk melanjutkan uji coba nuklir dan rudal.
"Selamat. Siapkan diri anda," kata Joshua Pollack, editor Nonproliferation Review, mengatakan di Twitter.
Cuitannya merujuk pada kemungkinan tanggapan dari Korea Utara terhadap permainan perang AS dan Korea Selatan.
Tapi Chad O'Carroll, CEO Grup Risiko Korea, yang memantau Korea Utara, mengatakan, dia tidak mengharapkan Pyongyang "untuk menanggapi terlalu militer kali ini".
"Saya pikir ada terlalu banyak hal dalam agenda domestik yang salah untuk mengambil risiko yang signifikan," katanya di Twitter.
"Ini adalah pemerintah yang cenderung memfokuskan sebagian besar sumber dayanya untuk menangani satu masalah utama pada satu waktu," tambahnya.
Negara Miskin
Korea Utara adalah salah satu negara termiskin di Asia dan menghadapi tantangan terberatnya sejak kelaparan yang menewaskan jutaan orang pada tahun 1990-an.
Menurut seorang ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa, perekonomian negara, yang telah terpukul oleh sanksi yang dipimpin AS, telah terpukul oleh penutupan perbatasan terkait pandemi dengan mitra dagang utamanya, China, menyebabkan "kekurangan pangan dan kekurangan gizi yang meluas".
Penderitaan tak berhenti di situ, puluhan ribu rumah dan lahan pertanian yang luas juga rusak selama banjir musim panas lalu.
Kim, selama Kongres Partai Pekerja pada Januari, menyebut lima tahun terakhir "yang terburuk dari yang terburuk".
Bulan lalu, pemimpin Korea Utara itu memanggil seorang pejabat ekonomi senior dan melakukan kinerja kabinetnya, dengan mengatakan mereka telah gagal menemukan ide-ide baru untuk menyelamatkan ekonomi yang sedang sakit.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)