Kapal yang Diduga Kapal Penyelundup di San Diego Terbalik, 3 Orang Tewas dan 27 Lainnya Dibawa ke RS
Setidaknya tiga orang tewas dan 27 orang dilarikan ke rumah sakit setempat setelah sebuah kapal boat terbalik di San Diego, California AS
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya tiga orang tewas dan 27 orang dilarikan ke rumah sakit setempat setelah sebuah kapal boat terbalik dan hancur di dekat monumen Cabrillo di San Diego, California AS, pada Minggu (2/5/2021) pagi waktu setempat, menurut Departemen Penyelamatan Pemadam Kebakaran San Diego (SDFD).
Dalam konferensi pers, Lifeguard SDFD Letnan Rick Romero mengatakan, sekitar 30 orang diyakini berada di kapal boat itu. Tidak ada manifes.
Romero mengatakan kapal boat sepanjang 12 meter itu penuh sesak.
Para pejabat tidak yakin dari mana kapal itu berasal.
Romero mengatakan ketika pihaknya tiba di tempat kejadian, "kapal telah pecah" setelah tertangkap di terumbu karang.
Baca juga: KPLP Evakuasi WNI yang Alami Insiden Kecelakaan Kerja di Kapal Pesiar

Ia mengatakan ada orang di air yang tenggelam atau terjebak dalam arus pecah (rip current) dan ditarik ke laut.
Kapal penyelamat dan jet sky mampu menarik beberapa orang keluar dari air.
Setidaknya satu warga sipil melompat ke air untuk membantu penyelamatan.
Ia mengatakan CPR dilakukan pada empat orang, tiga di antaranya meninggal dunia.
Kondisi keempat orang tersebut belum bisa dipastikan.
Sementara itu, penumpang lainnya berjalan atau berenang ke pantai.
Cedera yang dialami penumpang termasuk hipotermia dan cedera akibat kapal pecah.
Petugas belum bisa memastikan keseriusan cedera orang-orang yang diangkut ke rumah sakit.
Jeff Stephenson, agen pengawas Patroli Perbatasan mengatakan, kapal itu diyakini sebagai kapal penyelundup ilegal.
Pria yang diyakini sebagai operator kapal, tersangka penyelundup, ditahan.
Kebangsaan orang yang terlibat belum dikonfirmasi.
Departemen yang menanggapi kejadian itu juga termasuk Penjaga Pantai AS, penjaga pantai kota, dan lembaga lainnya.
Penjaga Pantai AS masih mencari korban di air, karena jumlah pasti orang yang berada di kapal itu tidak diketahui.
"Melintasi perbatasan secara ilegal tidak aman apa pun metodenya, terutama di laut," ujar Stephenson.
"Para penyelundup benar-benar tidak peduli dengan orang yang mereka eksploitasi."
"Yang mereka pedulikan hanyalah merogoh kocek mereka sendiri untuk mendapatkan keuntungan."
Stephenson mengatakan, kapal itu sangat penuh sesak dengan peralatan keamanan yang tidak memadai.
Ia juga mengatakan kasus penyelundupan laut telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Penyelundupan laut digunakan oleh para penyelundup sebagai jalan alternatif, kemungkinan karena peningkatan infrastruktur perbatasan dan patroli di darat.
Dari 2019 hingga 2020, Stephenson mengatakan agensinya mengalami "peningkatan 92% dalam kekhawatiran di lingkungan maritim."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)