Jurnalis di Belarusia Ditangkap setelah Pesawat yang Dinaikinya Diminta Mendarat di Bandara Lain
Seorang jurnalis Belarusia ditangkap setelah pesawat yang dinaikinya dialihkan, dengan alasan ada ancaman keamanan
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Daryono
Ia mengatakan kepada penumpang di pesawat bahwa ia akan mati di sana.
"Dia tidak berteriak, tapi yang jelas dia sangat ketakutan. Sepertinya jika jendela dibuka, dia akan melompat keluar," kata penumpang Edvinas Dimsa kepada AFP.
Reuters berbicara dengan seorang penumpang Lithuania bernama Mantas, yang mengatakan dia melihat Protasevich membuka loker di atas kepala.
Baca juga: Militer Belarusia Gelar Latihan Perang Besar Dekat Perbatasan Polandia
Baca juga: Oposisi Tuduh Otoritas Keamanan Belarusia Paksa Svetlana Tikhanovskaya Pergi ke Lithuania
Mantas menambahkan bahwa Protasevich kemudian memberikan laptop dan telepon kepada seorang penumpang wanita yang terbang bersamanya.
Tetapi Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda mengatakan pada hari Minggu dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Reuters bahwa wanita yang bepergian dengan Protasevich tidak kembali ke pesawat ketika berangkat dari Minsk.
Roman Protasevich adalah salah satu pendiri dan pemimpin redaksi NEXTA.
NEXTA merupakan saluran berita yang berbasis di Polandia yang menyebarkan klip protes massal terhadap Presiden Lukashenko melalui aplikasi pesan Telegram.
Menyebaran berita melalui Telegram yang terenkripsi adalah satu-satunya cara agar informasi semacam itu dapat disebarkan setelah tindakan keras pemerintah terhadap media massa.
The Guardian menulis bahwa sebelum penangkapannya pada hari Minggu, Protasevich dicap sebagai ekstremis oleh pemerintah Belarusia.
Ia dicari atas beberapa tuduhan, termasuk terorisme dan pengorganisasian kerusuhan.
Protasevich membantah semua tuduhan itu.
Baca juga: Presiden Belarusia Lukashenko Tantang Warganya: Tak Ada Pemilihan Ulang Sampai Kalian Membunuh Saya!
Baca juga: Belarusia Cegah Usaha Pembunuhan Capres, Svetlana Tikhanovskaya Lari ke Lithuania
Sebelumnya, ribuan warga Belarusia melakukan protes selama beberapa minggu pada Agustus lalu setelah Lukashenko mengklaim dia memenangkan pemilihan presiden dengan 80% suara.
Itu adalah masa jabatan keenamnya.
Lukashenko telah memerintah Belarusia sejak 1994 dan didukung oleh pemerintah Rusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)