Senin, 18 Agustus 2025

Konflik di Afghanistan

Balas Bom Bunuh Diri, AS Serang Kelompok ISIS di Afghanistan dengan Pesawat tak Berawak

AS melakukan serangan pesawat tak berawak dengan target kelompok Islamic State atau ISIS di Afghanistan pada Sabtu (28/8).

Editor: Sanusi
AFP/AAMIR QURESHI
Seorang kerabat berduka di dalam mobil di sebelah peti mati korban bom bunuh diri kembar yang menewaskan ratusan orang termasuk 13 tentara AS di luar bandara Kabul, di sebuah rumah sakit yang dikelola oleh LSM Italia Darurat di Kabul, Jumat (27/8/2021). AFP/Aamir QURESHI 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) melakukan serangan pesawat tak berawak dengan target kelompok Islamic State atau ISIS di Afghanistan pada Sabtu (28/8/2021).

Sebelumnya, ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Bandara Kabul.

Seperti dikutip Channel News Asia, pasukan militer AS yang mengawasi evakuasi telah dipaksa bekerja sama keamanan dengan Taliban untuk mencegah terulangnya bom bunuh diri yang menewaskan puluhan warga sipil yang berkerumun di sekitar salah satu gerbang akses utama bandara Kabul.

Baca juga: Presiden AS Joe Biden Instruksikan Komandan Militer AS Siapkan Serangan ke ISIS

Bom itu juga menewaskan 13 tentara Amerika.

Serangan bom bunuh diri itu diklaim dilakukan cabang ISIS di Afghanistan. Pentagon mengumumkan telah melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap "perencana" dari kelompok jihad di Afghanistan timur.

"Indikasi awal adalah bahwa kami membunuh target," kata Kapten Bill Urban dari Komando Pusat.

Dengan tenggat waktu evakuasi yang tinggal beberapa hari lagi, lebih dari 5.000 orang masih berada di dalam bandara Kabul menunggu evakuasi, dan ribuan lainnya terus memadati gerbang perimeter memohon masuk.

Baca juga: Biden: Kami Tidak akan Bisa Dihalangi oleh Teroris, Kami Tetap Melanjutkan Evakuasi

Serangan bom bunuh diri pada Kamis lalu itu hanya menyuntikkan stres dan ketegangan lebih lanjut ke dalam situasi yang sudah penuh kepanikan dan keputusasaan bagi mereka yang ingin pergi.

Selain itu juga berisiko tinggi bagi pasukan AS yang ditugaskan untuk mengamankan operasi tersebut.

Amerika Serikat mengeluarkan peringatan baru bagi warga AS untuk meninggalkan daerah di sekitar gerbang utama "segera".

Peringatan itu datang hanya beberapa jam setelah Pentagon mengatakan operasi evakuasi terus menghadapi ancaman "spesifik dan kredibel".

"Kami tentu siap dan mengharapkan upaya di masa depan, tentu saja," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan.

Pentagon mengklarifikasi bahwa ada satu ledakan pada Kamis, bukan dua seperti yang diyakini sebelumnya.

Di Gedung Putih, sekretaris pers Presiden Joe Biden Jen Psaki mengatakan, para pakar keamanan nasional AS menganggap akan ada kemungkinan serangan lain dan beberapa hari ke depan akan menjadi periode paling berbahaya hingga saat ini.

Dalam salah satu ironi yang lebih besar setelah dua dekade perang, berpacu untuk memenuhi tenggat waktu 31 Agustus untuk penarikan AS berarti kerja sama yang erat dengan Taliban dalam evakuasi pengungsi dan ancaman ISIS.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan