Selasa, 2 September 2025

Korea Utara Tembakkan Dua Rudal Balistik ke Laut Timur, Jepang Sebut Hal Itu Keterlaluan

Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke Laut Timur pada Rabu (15/8/2021), menurut konfirmasi dari Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan.

Penulis: Ika Nur Cahyani
STR / KCNA MELALUI KNS / AFP
Gambar yang dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 13 September 2021 menunjukkan uji coba rudal jelajah jarak jauh tipe baru pada 11 dan 12 September, yang dilakukan Akademi Ilmu Pertahanan DPRK (Korut). 

TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke Laut Timur pada Rabu (15/8/2021), menurut konfirmasi dari Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan.

JCS sebelumnya mengumumkan bahwa proyektil tak dikenal telah ditembakkan.

Dilansir BBC, Japanese Coast Guard juga melaporkan bahwa ada sebuah objek yang ditembakkan dan kemungkinan itu adalah rudal balistik.

Uji coba rudal balistik ini bertentangan dengan resolusi PBB yang dibuat untuk mengekang aktivitas nuklir Korea Utara.

Korea Selatan dan Jepang belum memberikan rincian lebih lanjut.

Baca juga: Diplomat Jepang, AS dan Korea Selatan Bertemu setelah Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Jarak Jauh

Baca juga: Militer Korea Utara Tes Rudal Jelajah yang Bisa Menjangkau Daratan Jepang

Gambar tidak bertanggal yang dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 31 Agustus 2021 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) bertemu  orang-orang muda yang secara sukarela bekerja di sektor konstruksi sosialis yang sulit dan menantang.
Gambar tidak bertanggal yang dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 31 Agustus 2021 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) bertemu orang-orang muda yang secara sukarela bekerja di sektor konstruksi sosialis yang sulit dan menantang. (STR / AFP / KCNA VIA KNS)

Penampakan dua rudal balistik itu terjadi beberapa hari setelah Korea Utara menguji rudal jelajah jarak jauh yang mampu menghancurkan sebagian besar wilayah Jepang, pada Senin.

Para ahli mengatakan rudal jelajah itu mungkin bisa membawa hulu ledak nuklir.

Media pemerintah Korea Utara menggambarkan rudal itu sebagai "senjata strategis yang sangat penting".

Dewan Keamanan PBB tidak melarang uji coba rudal jelajah.

Tetapi rudal balistik dianggap lebih mengancam karena mereka dapat membawa muatan yang lebih besar dan lebih kuat.

Rudal jenis ini juga memiliki jangkauan yang lebih jauh dan dapat melakukan perjalanan lebih cepat.

Terbang dari Daerah Pelosok

Sementara itu menurut laporan The Guardian, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan rudal-rudal tersebut terbang dari daerah pedalaman tengah menuju perairan lepas pantai timur Semenanjung Korea. 

Saat ini analisis lebih lanjut bersama AS sedang dilakukan.

“Militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh dalam kerja sama erat dengan AS,” kata JCS.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menyebut peluncuran rudal itu "keterlaluan".

Dia mengecam keras tindakan itu sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan kawasan.

Peluncuran rudal ini bertepatan ketika Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada Rabu ini berada di Seoul untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.

Bersama pejabat senior lainnya, kedua perwakilan negara ini akan membahas diplomasi nuklir yang terhenti dengan Korea Utara.

Pembicaraan antara Amerika Serikat dan Korea Utara terkait kesepakatan nuklir terhenti sejak 2019.

AS saat itu menolak permintaan Korea Utara untuk meringankan sanksi dengan imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019. (Brendan Smialowski / AFP)

Baca juga: Jepang Perlu Miliki Peluru Kendali Presisi Untuk Hantam Korea Utara

Baca juga: BTS Terima Surat Pununjukkan Resmi dan Paspor Diplomatik dari Presiden Korea Selatan

Pemerintahan Kim Jong Un sejauh ini menolak tawaran pemerintah Biden untuk berdialog.

Korea Utara menuntut Washington untuk mengabaikan kebijakan "permusuhannya" terlebih dahulu.

Dimulainya kembali aktivitas pengujian nuklir Korea Utara kemungkinan merupakan upaya untuk menekan pemerintahan Biden atas pembekuan diplomatik.

Ini dilakukan setelah Kim Jong Un gagal memanfaatkan persenjataannya untuk keuntungan ekonomi selama kepresidenan Donald Trump.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan