Senin, 25 Agustus 2025

China Berpotensi Melakukan Invasi Penuh ke Taiwan pada Tahun 2025

Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan bahwa China akan mampu melakukan invasi skala penuh ke Taiwan pada tahun 2025.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Weibo/China
China meluncurkan roket yang melintasi Taiwan, Filipina, Malaysia, Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan bahwa China akan mampu melakukan invasi skala penuh ke Taiwan pada tahun 2025.

Dilansir The Guardian, Chiu juga menggambarkan ketegangan China-Taiwan yang terjadi belakangan ini adalah yang terburuk dalam 40 tahun terakhir. 

Kepada China Times, Chiu menilai China mampu jika melakukan invasi saat ini.

Namun, negara itu akan sepenuhnya siap melakukan invasi penuh dalam tiga tahun ke depan.

Baca juga: Presiden Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping Setuju Mematuhi Perjanjian Taiwan

Baca juga: China Mengirim 56 Pesawat Tempur ke Zona Pertahanan Taiwan, Analis: Pertempuran Tak Mungkin Terjadi

Pesawat jet tempur China buatan Rusia, Su-30, dilaporkan berada di antara pesawat yang terbang di atas barat daya Taiwan pada hari Kamis.
Pesawat jet tempur China buatan Rusia, Su-30, dilaporkan berada di antara pesawat yang terbang di atas barat daya Taiwan pada hari Kamis. (Liu Jin/AFP)

"Pada tahun 2025, China akan membawa biaya dan pengurangan ke titik terendah."

"(China) memiliki kapasitas sekarang, tetapi tidak akan memulai perang dengan mudah, harus mempertimbangkan banyak hal lain," katanya pada Rabu (6/10/2021).

Beijing telah mengirim sekitar 150 pesawat tempur ke zona pertahanan udara Taiwan selama 4 hari mulai dari Jumat lalu.

Ini menjadi rekor baru eskalasi aktivitas militer China kepada Taiwan.

Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari China dan berjanji akan merebut pulau itu meski harus dengan pemaksaan.

Bahkan, pihak Negeri Tirai Bambu menuduh pemerintahan Taiwan yang terpilih secara demokratis merupakan separatis.

Di sisi lain, Taiwan mengklaim sebagai negara berdaulat tanpa perlu mendeklarasikan kemerdekaan.

Pada hari Selasa, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menulis bahwa Taiwan tidak akan menjadi "petualang" tetapi akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk membela diri.

Komentar Chiu muncul saat badan legislatif Taiwan meninjau tagihan anggaran pertahanan khusus senilai T$240 miliar ($8,6 miliar).

Sekitar dua pertiga dari anggaran dialokasikan untuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal berbasis darat, termasuk rencana T$148,9 miliar untuk memproduksi massal rudal buatan dalam negeri dan kapal "berperforma tinggi".

Dia mengatakan kepada komite parlemen, bahwa situasi ketegangan saat ini adalah yang paling serius.

"Bagi saya sebagai orang militer, urgensi ada di depan saya," katanya.

Dalam pembukaan proposal tersebut, Kementerian Pertahanan juga mencatat peningkatan pengeluaran militer China.

Utamanya untuk pengadaan pesawat tempur canggih dan kapal perang amfibi, meningkatkan aktivitas angkatan udara, dan angkatan laut China di dekat Taiwan.

"Ancaman dan provokasi militer bahkan lebih dari sebelumnya," katanya, seraya menambahkan bahwa setiap krisis kemungkinan akan meningkat dengan cepat.

Militer Taiwan kalah jauh dari militer China, sehingga memilih fokus pada pengembangan sistem pertahanan asimetris atau "landak" untuk mencegah atau mengusir invasi darat.

Taiwan akan membangun kapal selamnya sendiri di tengah meningkatnya ketegangan lintas selat. Armadanya saat ini mencakup dua kapal selam yang berasal dari tahun 1980-an
Taiwan akan membangun kapal selamnya sendiri di tengah meningkatnya ketegangan lintas selat. Armadanya saat ini mencakup dua kapal selam yang berasal dari tahun 1980-an (David Chang/EPA)

Baca juga: Joe Biden Dorong Kongres AS Naikkan Batas Utang dan Minta Partai Republik untuk Menyingkir

Baca juga: Pembebasan Eksekutif Huawei di Kanada Atas Instruksi Langsung Presiden Xi Jinping

Taiwan juga melobi bantuan intelijen dan dukungan logistik dari negara lain termasuk Australia, Jepang, dan AS.

Sebelumnya pada Rabu (6/10/2021), presiden AS, Joe Biden, mengatakan dia telah berbicara dengan presiden China, Xi Jinping, dan setuju untuk mematuhi perjanjian Taiwan.

"Saya sudah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Kami setuju, kami akan mematuhi perjanjian Taiwan," katanya.

"Kami menjelaskan bahwa saya tidak berpikir dia harus melakukan apa pun selain mematuhi perjanjian," lanjutnya.

Belum jelas kesepakatan apa yang dimaksud Biden.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan