Gunung di Bawah Laut Pasifik Meletus
Material Erupsi Gunung Berapi Tonga Racuni Ekosistem Laut, Ilmuwan: Bisa Berlangsung Bertahun-tahun
Letusan gunung berapi bawah laut raksasa di Tonga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Miftah
Sehingga, nelayan menjadi mata pencaharian utama di pulau ini.
Ahli geologi di Universitas Otago di Selandia Baru, Marco Brenna mengatakan, beberapa citra satelit menunjukkan abu vulkanik menyelimuti daratan Tonga.
Meski demikian, para ilmuwan belum melakukan pemeriksaan langsung di lokasi.
Abu vulkanik ini berbahaya bagi kehidupan laut.
Baca juga: 4 WNI di Tonga Masih Belum Diketahui Kabarnya, Komunikasi Lumpuh Akibat Erupsi Gunung Bawah Laut
Baca juga: Mengenal Geografis Tonga, Negara yang Dihantam Tsunami Akibat Erupsi Gunung Berapi Bawah Laut
Beberapa minggu sebelum erupsi pada Sabtu (15/1/2022), Layanan Geologi Tonga telah memperingatkan bahwa air laut di dekat gunung terkontaminasi dengan material vulkanik beracun.
Bahkan nelayan saat itu diperingatkan untuk menganggap ikan-ikan di perairan telah terkontaminasi racun.
Letusan dahsyat yang telah terjadi memperburuk ekosistem ikan di lautan Tonga.
Sebab, air laut di dekat gunung yang dipenuhi abu vulkanik akan merusak sumber makanan ikan dan tempat pemijahan.
Beberapa ikan akan mati dan yang selamat akan bermigrasi, kata para ilmuwan.
Sehingga butuh waktu cukup lama untuk tempat pencarian ikan nelayan kembali pulih.
3. Terumbu Karang
Tidak hanya hewan laut, terumbu karang juga akan rusak jika terkena abu vulkanik.
Padahal panorama terumbu karang jadi salah satu andalan pariwisata Tonga dengan omset 5 juta dolar AS per-tahun sebelum ada Covid-19.
Namun sebelum erupsi, terumbu karang di Tonga sudah terancam penyakit dan dampak perubahan iklim termasuk pemutihan karang dan angin topan.
"(Sekarang) area terumbu karang yang luas di daerah yang terkena dampak langsung di Hunga Tonga mungkin terkubur dan tertutup oleh endapan abu vulkanik yang besar," kata Tom Schils, ahli biologi kelautan di University of Guam yang telah mempelajari letusan gunung berapi dan karang di Kepulauan Mariana Utara.