Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

McDonald's, Starbucks, Coca-Cola dan Pepsi Hentikan Operasional di Rusia, Bagaimana Gaji Karyawan?

Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi bergabung dengan McDonald's dalam menghentikan operasi mereka sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

ABC13 Houston
Logo Starbucks. Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi bergabung dengan McDonald's dalam menghentikan operasi mereka sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Deretan perusahaan makanan dan minuman asal Barat yang ikonik ini menyetop operasionalnya di Rusia.

Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi bergabung dengan McDonald's menghentikan operasional mereka sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

Dilansir The Guardian, Selasa malam (8/3/2022), PepsiCo, pembuat minuman ringan dan makanan ringan, mengatakan pihaknya menangguhkan semua iklan di Rusia.

Pepsi juga menghentikan penjualan merek minumannya, setelah pengumuman serupa oleh saingannya Coca-Cola.

Baca juga: 4 Syarat yang Harus Dipenuhi Ukraina Jika Ingin Rusia Hentikan Serangan, Tak Gabung dengan NATO

Baca juga: Perang Ukraina dan Rusia, Presiden AAYG Dorong Negara Asia Afrika Berikan Resolusi

Logo Starbucks
Logo Starbucks (Mirror)

Raksasa makanan cepat saji McDonald's mengatakan mereka akan menangguhkan sementara operasi 850 restoran di Rusia.

Perusahaan yang berbasis di Chicago ini, memiliki 84 persen tokonya di Rusia, akan berimbas besar pada finansial karena penutupan tersebut.

Baru-baru ini, McDonald's mengatakan restorannya di Rusia dan Ukraina menyumbang 9 persen dari pendapatan tahunannya, atau sekitar $2 miliar.

Sementara, perusahaan menyebut akan terus membayar 62.000 karyawan yang berada di Rusia. 

Baca juga: Artis NFT Asal Rusia Bakar Paspornya Demi Mendukung Ukraina

Baca juga: Khawatirkan Situasi di Ukraina, China Akan Kirim Bantuan dan Desak Kedua Pihak Menahan Diri

Ilustrasi burger mcdonalds
Ilustrasi burger mcdonalds (Gambar oleh Shutterbug75 dari Pixabay)

Diketahui, McDonald's membuka cabang Rusia pertamanya di Pushkin Square di Moskow pada 31 Januari 1990.

Waktu itu sekitar 38.000 orang Soviet mengantre berjam-jam untuk mencicipi Big Mac, simbol kapitalisme Amerika.

Dalam sebuah pesan kepada staf dan pemegang waralaba, Chris Kempczinski, kepala eksekutif McDonald's, mengatakan situasinya "sangat menantang untuk merek global seperti milik kami".

Sebab, merek tersebut bekerja dengan ratusan pemasok lokal dan mitra yang memproduksi makanannya.

“Kami memahami dampaknya terhadap rekan dan mitra kami di Rusia,” katanya.

“Konflik di Ukraina dan krisis kemanusiaan di Eropa telah menyebabkan penderitaan yang tak terkatakan bagi orang-orang yang tidak bersalah," terangnya.

"Sebagai sebuah sistem, kami bergabung dengan dunia dalam mengutuk agresi dan kekerasan dan berdoa untuk perdamaian,” tambah Kempckinski.

Baca juga: Aktor Ukraina Tewas dalam Perang, Unggahan Terakhir Disorot: Kita Dibom dan Kita Tetap Senyum

Baca juga: Hari ke-13 Invasi Rusia ke Ukraina: Pasukan Putin Luncurkan Ratusan Rudal di Cherhihiv

Orang-orang menikmati Coca-Cola
Orang-orang menikmati Coca-Cola (Coca-colacompany.com)

Starbucks juga menangguhkan semua aktivitas bisnis di Rusia, termasuk pengiriman produk dan kafe yang dijalankan oleh pemegang lisensi.

Perusahaan mengatakan bahwa Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, yang mengoperasikan setidaknya 100 kafe Starbucks, masih akan mendukung hampir 2.000 stafnya di Rusia "yang bergantung pada Starbucks untuk mata pencaharian mereka".

Baca juga: Mantan Presiden Ukraina Yanukovich Desak Zelenskyy Hentikan Pertumpahan Darah Dengan Cara Apapun

Seruan menarik diri dari Rusia

McDonald's dan perusahaan makanan dan minuman barat lainnya telah menghadapi seruan untuk menarik diri dari Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Coca-Cola Co kemudian mengatakan akan menangguhkan bisnisnya di Rusia.

Pepsi juga mengikuti, mengatakan penjualan merek, investasi modal dan semua iklan akan ditangguhkan di Rusia dan akan mendukung "20.000 rekan Rusia kami dan 40.000 pekerja pertanian Rusia dalam rantai pasokan kami".

Dikatakan akan terus menjual kebutuhan sehari-hari, seperti susu dan produk susu lainnya, susu formula dan makanan bayi, di Rusia.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Picu Ketidakstabilan Perdagangan hingga Kegiatan Ekspor China

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022. (VALENTYN OGIRENKO / X03345 / AFP)

Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan kepada CNN dua hari lalu bahwa "semua perusahaan barat harus mundur dari Rusia" dengan alasan kemanusiaan.

"Kami sedih mendengar perusahaan seperti Coca-Cola dan McDonald's tetap di Rusia dan terus menyediakan produk mereka," katanya.

McDonald's mengatakan tidak dapat memprediksi kapan mungkin dapat membuka kembali restorannya di Rusia dan akan "terus menilai situasi dan menentukan apakah ada tindakan tambahan yang diperlukan".

Dikatakan akan "memantau dengan cermat situasi kemanusiaan" serta gangguan pada rantai pasokannya.

Baca juga: PMI Bali Kisahkan Proses Evakuasi dari Ukraina di Tengah Konflik: Terus Diperiksa Tentara

McDonald's juga membayar gaji penuh kepada karyawan Ukraina dan telah menyumbangkan $5 juta (£3,8 juta) untuk dana bantuan bagi karyawan serta mendukung upaya bantuan yang dipimpin oleh Palang Merah Internasional.

Penutupan McDonald's terjadi setelah sejumlah merek konsumen lainnya termasuk Netflix, Levi's, Burberry, Ikea dan Unilever, pemilik Marmite dan Ben & Jerry's, mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan bisnis di negara tersebut.

Perusahaan jasa profesional terkemuka termasuk KPMG, PwC, EY dan Deloitte juga telah memutuskan bisnis di Rusia dan Belarusia.

Perusahaan di seluruh dunia telah berebut untuk menilai hubungan mereka dengan Rusia setelah AS, UE, dan Inggris berusaha mengisolasinya secara ekonomi dengan sanksi. 

The Guardian melaporkan sebelumnya, sanksi juga membuat perusahaan AS, UE, atau Inggris menjadi ilegal untuk melayani beberapa bisnis terbesar Rusia, termasuk bank seperti Sberbank, Gazprombank, dan VTB. 

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan