Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Klaim Bebaskan 20 Sandera Israel Mulai Senin Pagi, Sebelum Perundingan Damai Dimulai
Hamas berencana membebaskan 20 sandera Israel pada Senin pagi (13/10/2025), menjelang dimulainya KTT Perdamaian internasional yang digelar di Mesir
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Timur Tengah memasuki babak baru setelah Hamas mengumumkan rencana pembebasan sandera Israel yang akan dimulai pada Senin pagi (13/10/2025).
Tepatnya menjelang dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian internasional yang akan dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Sharm el-Sheikh, Mesir serta dihadiri lebih dari 20 negara.
Dalam keterangan resmi yang dikutip BBC International, pejabat tinggi Hamas, Osama Hamdan, mengatakan bahwa pembebasan ini merupakan bagian dari tahap pertama kesepakatan pertukaran antara kedua pihak.
Dimana pada perjanjian tersebut, Hamas akan membebaskan sekitar 20 sandera Israel yang diyakini masih hidup, sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
“Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani, pertukaran tahanan akan dimulai pada Senin pagi sesuai kesepakatan,” ujar Hamdan.
Mengutip BBC International, Hamas sengaja menunda pembebasan hingga hari Senin pagi untuk memastikan momen tersebut memiliki dampak diplomatik maksimal di mata dunia.
Dengan membebaskan sandera menjelang dimulainya pertemuan tingkat tinggi, Hamas ingin menunjukkan bahwa mereka masih menjadi aktor penting dalam dinamika politik kawasan, bukan sekadar kelompok militan yang dikucilkan.
Selain itu, langkah ini juga dianggap sebagai sinyal goodwill atau niat baik kepada komunitas internasional.
Hamas ingin memperlihatkan kesiapan mereka untuk bekerja sama dalam proses perdamaian yang diinisiasi oleh Washington dan Kairo, tanpa harus hadir secara langsung di forum tersebut.
Dalam pernyataannya, juru bicara Hamas menyebut bahwa kelompoknya “bertindak melalui mediator Qatar dan Mesir” dan tidak akan ikut secara resmi dalam KTT tersebut.
Para analis menilai, keputusan Hamas tersebut merupakan strategi diplomatik dua arah. Di satu sisi, Hamas berupaya memperbaiki citranya di mata dunia internasional setelah dua tahun konflik berdarah di Gaza.
Di sisi lain, mereka ingin menegaskan posisi tawar mereka terhadap Israel dan Amerika Serikat, dengan menunjukkan bahwa proses perdamaian tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan Hamas secara substansial.
Baca juga: Hamas Tolak Perwalian Asing di Jalur Gaza: Itu Urusan Internal Palestina
KTT Perdamaian Gaza
Adapun KTT Perdamaian Timur Tengah sendiri baru akan dimulai pada Senin sore diharapkan menjadi tonggak baru upaya diplomasi internasional untuk mengakhiri perang dua tahun di Gaza.
Selain Trump dan al-Sisi, pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, serta para pemimpin dari Prancis, Italia, Spanyol, dan Uni Emirat Arab.
Tujuan utama KTT ini adalah mengakhiri perang dua tahun antara Israel dan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 67 ribu warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.