Jumat, 22 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Geram dengan Sanksi Singapura, Sarankan Hindari Isu yang Jauh dari Asia

Duta Besar Rusia untuk Singapura, Nikolay Kudashev mengritik keputusan Singapura menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
AFP/ALEXEY NIKOLSKY
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu (tengah) menghadiri parade Hari Angkatan Laut di St. Petersburg pada 25 Juli 2021. Duta Besar Rusia untuk Singapura, Nikolay Kudashev mengritik keputusan Singapura menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Rusia untuk Singapura, Nikolay Kudashev mengritik keputusan Singapura menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Singapura sejauh ini merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang ikut menjatuhkan saksi kepada Rusia, bergabung dengan sejumlah negara Barat.

"Kami percaya keputusan ini sebagai kesalahan, menjadi keputusan yang salah, yang bertentangan dengan pengembangan hubungan bilateral, bertentangan dengan penguatan kerja sama regional," kata Kudashev kepada South China Morning Post dalam sebuah wawancara.

Menyoroti posisi Singapura, Kudashev menyarankan agar negara ini fokus pada isu-isu di kawasannya.

"Kami lebih memilih untuk berkonsentrasi pada isu-isu yang paling penting bagi kawasan daripada isu-isu atau topik yang relatif jauh dari agenda Asia," katanya.

Baca juga: Rusia Rilis Daftar Negara yang Jadi Musuhnya, Ada Inggris, Jepang, Korea Selatan hingga Singapura

Baca juga: AS Peringatkan Bakal Sanksi China Jika Ikut Membantu Rusia Dalam Peperangan

Vladimir Putin
Vladimir Putin (Sky News)

Dilaporkan Straits Times pada Sabtu (12/3/2022), pemerintah Singapura mengatakan bahwa sangat penting bagi negara itu untuk membela prinsip-prinsip yang menopang kedaulatan dan kemerdekaan politik pulau itu sendiri. 

Negara ini telah memberlakukan kontrol ekspor pada barang-barang yang dapat menimbulkan kerugian di Ukraina.

Bank dalam negeri juga diimbau untuk tidak berurusan dengan entitas Rusia.

Dengan adanya sanksi ini, Singapura bergabung dengan negara-negara lain yang hubungan politik dengan Rusia di bawah status 'pemantauan khusus'.

Dia juga mengatakan kesepakatan ekonomi hanya akan diizinkan di bawah "pengawasan yang sangat ketat" oleh pemerintah.

Dalam wawancara tersebut, Kudashev secara terpisah menolak resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pekan lalu yang mengutuk invasi Rusia.

Resolusi tersebut didukung oleh 141 negara.

Sebaliknya, Kudashev menunjuk abstain dari China dan India, sebagai negara terpadat di dunia, dari pemungutan suara sebagai bukti bahwa Rusia tidak terisolasi secara diplomatik.

"Jika Anda melihat lebih dekat pada hasil pemungutan suara baru-baru ini di UNGA, Anda dapat dengan mudah melihat bahwa itu bukan isolasi. Jika Anda tertarik pada angka, lebih dari 50 persen populasi global memilih menentang (resolusi)," kata Kudashev.

Prancis dan AS Berencana Tambah Sanksi

Joe Biden dan Emmanuel Macron.
Joe Biden dan Emmanuel Macron. (AP News)

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden sepakat untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia.

Dalam sebuah panggilan telepon pada Minggu (13/3/2022), kedua pemimpin dunia ini menegaskan kembali dukungannya terhadap Ukraina.

Baik Biden dan Macron akan bergabung dalam upaya untuk mengakhiri pertempuran, menurut pernyataan Istana Elysee.

Macron juga menyampaikan belasungkawa atas kematian jurnalis Amerika Brent Renaud yang meninggal saat meliput perang di Ukraina.

Tidak jelas sanksi apa yang dibicarakan keduanya.

Selama panggilan terpisah dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Macron merinci isi dari bantuan tambahan yang akan diberikan Uni Eropa kepada pemerintah Ukraina selama KTT Versailles.

Sehari sebelumnya, pemimpin Prancis itu berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai gencatan senjata.

Presiden Ukraina Desak Putin untuk Bicara

Para pejabat Ukraina bernegosiasi dengan pihak Rusia untuk memastikan pembicaraan langsung antar para pemimpin negara untuk mendorong diakhirinya perang, jelas Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada Minggu (13/3/2022).

Pembicaraan terkait invasi ini dijadwalkan pada Senin (14/3/2022) pagi waktu setempat, secara daring.

Ukraina berulang kali mendesak Ukraina untuk mempertemukan Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Putin dinilai sebagai sosok yang menetapkan semua keputusan akhir.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Kolase Tribunnews Business Insider/AFP Handout dan AFP/SERGEI SUPINSKY)

Baca juga: Pasukan Rusia Tembak Mati Jurnalis AS di Ukraina, Gedung Putih Beri Tanggapan

Baca juga: Ramzan Kadyrov Temui Tentara Chechnya di Kyiv, Akui Militernya sebagai Bagian Pasukan Rusia

"Delegasi kami memiliki tugas yang jelas - melakukan segalanya untuk memastikan pertemuan para presiden; pertemuan yang saya yakin orang-orang tunggu," kata Zelensky dalam pidato video hariannya.

"Jelas, ini adalah cerita yang sulit, jalan yang sulit, tetapi jalan ini diperlukan. Dan tujuan kami adalah agar Ukraina mendapatkan hasil yang diperlukan dalam perjuangan ini, dalam pekerjaan negosiasi ini. Diperlukan untuk perdamaian dan keamanan."

Sebelumnya, Rusia mengatakan bahwa Kremlin tidak akan menolak pertemuan semacam itu, tetapi belum ada rincian lebih lanjut.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan