Senin, 25 Agustus 2025

Soal Perjanjian Nuklir, Iran Yakin Rusia Jadi Pendukungnya

Iran menyatakan Rusia bukanlah penyebab hambatan untuk negosiasi kesepakatan nuklir di negeri para mullah tersebut.

Editor: Hendra Gunawan
Foto Mainichi
Ilustrasi pembangkit tenaga nuklir 

Dia mengatakan teks akhir hampir siap, jadi dia akan bekerja sama dengan semua pihak di JCPOA dan AS untuk menyelesaikan kesepakatan.

Baca juga: Kebakaran Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina Padam, Kini Lokasinya Dikuasai Rusia

Sebelumnya diberitakan, kesepakatan soal nuklir Iran yang diperkirakan sedikit lagi selesai sekarang jadi mentok.

Rusia menegaskan, sanksi AS terhadap Rusia harus dipertimbangkan dalam pembicaraan mengenai masa depan kesepakatan nuklir Iran, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip dari Interfax, Selasa (15/3/2022).

"Sanksi terhadap Rusia secara langsung menyangkut kepentingan nasional kita dalam konteks kelanjutan kesepakatan ini," kata Peskov menanggapi pertanyaan apakah sanksi AS terhadap Rusia dan pembicaraan tentang Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) akan dilihat secara terpisa dari satu sama lain.

"Sanksi itu harus diperhatikan, dan harus diperhatikan dengan baik. Ini aspek baru yang tidak bisa ditinggalkan dan harus diperhitungkan," katanya.

Sikap Moskow dalam hal ini "sudah diketahui oleh Amerika Serikat," katanya.

Perancis, Inggris, dan Jerman pada Sabtu (12/3/2022) memperingatkan Rusia, tuntutannya agar perdagangannya dijamin dengan Iran bisa berisiko membuat kesepakatan nuklir yang hampir selesai kolaps seketika.

Para negosiator sudah mencapai tahap akhir diskusi untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran (JCPOA), yang mencabut sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

Negara-negara Barat sejak lama memandang program nuklir Iran sebagai kedok untuk mengembangkan bom atom.

Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Sabtu (12/3/2022) secara tak terduga menuntut jaminan besar bahwa perdagangan Rusia dengan Iran tidak akan terpengaruh oleh sanksi yang dijatuhkan pada Moskwa atas invasinya ke Ukraina.

"Jangan sampai ada yang mengeksploitasi negosiasi JCPOA untuk mendapatkan jaminan yang terpisah dari JCPOA," kata Perancis, Inggris, dan Jerman--yang disebut sebagai pihak Eropa E3 pada kesepakatan 2015--dikutip dari Reuters.

"Ini berisiko kolapsnya kesepakatan," lanjut mereka.

Kesepakatan di atas meja harus diselesaikan dengan sangat mendesak, tambah ketiganya. Sementara itu, Amerika Serikat sudah bersikeras tidak akan menyetujui tuntutan Rusia.

Pembicaraan internasional yang berlangsung selama 11 bulan ini berusaha membuat Iran kembali mematuhi pembatasan pada kegiatan nuklirnya yang berkembang pesat, dan membawa Amerika Serikat kembali ke kesepakatan yang ditinggalkannya pada 2018 di bawah mantan presiden Donald Trump.

Pasar minyak menanti hasil pembicaraan ini dengan cermat untuk melihat apakah pembatasan ekspor minyak mentah Iran mungkin dicabut, yang dapat membantu mengatasi gangguan pasokan dari perang Rusia vs Ukraina.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan