Konflik Rusia Vs Ukraina
Balas Dendam, Rusia Usir 40 Diplomat Jerman
Rusia mengungkapkan telah mengusir 40 diplomat Jerman, sebagai tanggapan atas keputusan yang dinilai tidak bersahabat dari Jerman
Penulis:
Nur Febriana Trinugraheni
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rusia mengungkapkan telah mengusir 40 diplomat Jerman, sebagai tanggapan atas keputusan yang dinilai tidak bersahabat dari Jerman karena telah mengusir diplomat Rusia atas konflik yang terjadi di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/4/2022) kemarin, mereka telah memanggil duta besar Jerman di Rusia dan menyerahkan catatan yang menyatakan “persona non grata” kepada 40 karyawan lembaga diplomatik Jerman di Rusia.
Baca juga: BOCOR Foto Diduga Kapal Selam Rusia di Krimea, Disebut Dilengkapi dengan Rudal Kemampuan Nuklir
“Protes keras dilakukan kepada kepala misi diplomatik Jerman di Moskow sehubungan dengan keputusan pemerintah Jerman yang secara terbuka tidak bersahabat untuk mengusir diplomat Rusia,” kata kementerian luar negeri Rusia, yang dilansir dari laman aljazeera.com.
Lebih dari 100 orang Jerman kemungkinan juga akan terpengaruh oleh keputusan kementerian luar negeri Rusia, serta kerabat diplomat juga terpaksa harus meninggalkan Rusia.
Baca juga: Ini Syarat Kondisi Rusia Akan Gunakan Senjata Nuklirnya di Eropa
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan dalam sebuah pernyataan, dia tidak membenarkan sama sekali langkah Rusia untuk mengusir diplomat Jerman. Baerbok menambahkan 40 diplomat Rusia yang sebelumnya diusir oleh Jerman, mereka sempat tidak melayani diplomasi selama satu hari, sementara diplomat Jerman yang diusir Rusia tidak melakukan kesalahan.
Sebelumnya Jerman telah lebih dulu mengusir sejumlah diplomat Rusia, di tengah langkah serupa yang dilakukan negara-negara Eropa lainnya, karena tindakan invasi Rusia pada Ukraina. Baerbock pada saat itu mengatakan, keputusan itu sebagai tanggapan atas kekejaman dari pasukan Rusia saat menginvasi Ukraina. Dia juga menggambarkan orang-orang Rusia yang diusir sebagai mata-mata.
“Mereka bekerja setiap hari di sini di Jerman melawan kebebasan kita, melawan kohesi masyarakat kita. Pekerjaan mereka adalah ancaman bagi mereka yang mencari perlindungan di negara kita.” ungkap Baerbock.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Rusia tidak dapat menerima alasan yang dikemukakan Baerbock.
Hubungan yang memburuk
Perang di Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia, telah membuat hubungan Jerman dna Rusia semakin buruk.
Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier pada Senin kemarin menyebut alasan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melancarkan serangan ke Ukraina sebagai tanda sinismenya yang kejam.
“Tidak ada yang menunjukkan sebanyak nasib para penyintas Holocaust ini betapa kejamnya sinisme yang telah dibenarkan oleh perang ini oleh Putin.” ujar Steinmeier yang hadir dalam pertemuan dengan para penyitas Holocaust Ukraina di Berlin, Senin kemarin.
Baca juga: Ini Syarat Kondisi Rusia Akan Gunakan Senjata Nuklirnya di Eropa
Putin sendiri mengatakan invasinya ke Ukraina merupakan upaya untuk membendung fasisme dan untuk "mende-Nazifikasi" negara itu.
Namun, Steinmeier sendiri telah mendapat kecaman dalam beberapa pekan terakhir karena duta besar Ukraina untuk Jerman mempertanyakan kedekatannya selama beberapa dekade dalam politik dengan Rusia. Steinmeier pernah menjadi salah satu orang kepercayaan mantan Kanselir Jerman, Gerhard Schroeder dan kemudian menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah Kanselir Angela Merkel.
Keduanya dipandang sebagai sosok politik yang menunjukan sikap pro-Rusia yang meledak pada awal perang ini.
Schroeder sendiri, yang mengepalai dewan pengawas raksasa energi Rusia Rosneft dan ketua komite pemegang saham perusahaan pipa Nord Stream, telah gagal memberikan kritik apapun terhadap Putin setelah invasi Rusia ke Ukraina.