Kamis, 11 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Batalyon Azov Ukraina Laboratorium Nyata Nazisme dan Fasisme

Para militan Neo-Nazi Azov terlibat pembunuhan dan penyiksaan brutal terhadap perempuan dan anak-anak di Donbass.

AFP/Getty/CBS News
Resimen Azov Unjuk kekuatan di Kota Kharkiv, 11 Maret 2022. 

Sementara ATO dimulai untuk membentuk "batalyon sukarelawan", batalyon ini kemudian menjadi terkenal karena kekejaman mereka terhadap warga sipil dan anggota milisi yang ditangkap.

Batalyon Azov secara resmi didirikan pada 5 Mei 2014. Bibitnya sebuah organisasi neo-Nazi di Kharkov, yaitu Patriots of Ukraine.

Ini organisasi sayap kekuasaan Majelis Sosial-Nasional. Para "patriot" membuka kongres pertama mereka pada 1999, memakai prosesi obor mirip pawai yang terlihat di era Hitler.

Unit ini terdiri 50-60 pejuang dilengkapi senapan dan pistol. Humas organisasi ini, Stepan Baida, menggambarkan Azov pada saat itu sebagai "pasukan yang diperkuat".

Patch Korps Hitam, langsung atau tidak terkait unit militer Reichsführer SS Himmler ("Das Schwarze Korps", dipakai Azov bahkan setelah diintegrasikan ke Garda Nasional Ukraina.

Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina

Baca juga: Petempur Ukraina di Azovstal Menyerah, Kebohongan Presiden Zelensky Terungkap

Pada awalnya, itu dianggap sebagai batalyon sukarelawan di Polisi Patroli Tugas Khusus Kementerian Dalam Negeri Ukraina.

Kemudian, pada Oktober 2014, menjadi resimen Garda Nasional. Sebagai unit militer, Azov diberi wewenang memperoleh senjata berat, termasuk artileri dan tank.

Kehadiran Azov menjadi fatal bagi penduduk Mariupol jauh sebelum 2022. Apa yang terjadi di sana pada musim semi 2014 adalah episode terpenting konflik Donbass.

"Di pagi hari, orang-orang Azov berseragam hitam, membawa senjata, (dan) dalam barisan mobil melewati (kota). Unjuk kekuatan itu bermaksud sebagai sinbol Mariupol tetap menjadi kota Ukraina," kata Anton Gerashchenko, penasihat Mendagri Ukraina.

Penjelasan itu ditulis di sebuah blog di situs web Ukrainska Pravda. Demonstrasi Hari Kemenangan 9 Mei 2014 berakhir bentrokan di dekat markas polisi kota Mariupol.

Menurut informasi resmi Kiev, 13 orang tewas, termasuk petugas polisi, anggota Garda Nasional dan pejuang Batalyon Azov, serta warga sipil.

Polisi setempat bersimpati kepada Republik Rakyat Donetsk, tetapi tidak mengambil tindakan apa pun terhadap atasan mereka sendiri atau otoritas Ukraina pada umumnya.

Referendum kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk pun dijadwalkan 11 Mei 2014. Menurut mantan perwira SBU Letnan Kolonel Prozorov, petugas polisi Mariupol menerima perintah mencegah pemungutan suara.

Tempat pemungutan suara diblokir, dan mereka menahan anggota komisi pemilihan. Namun, mayoritas menolak patuh, karena ingin menghindari konflik dengan rekan senegaranya.

"Mereka benar-benar yakin itu provokasi Kiev. Mereka membayar harga karena menolak melaksanakan perintah untuk menindak referendum 11 Mei. Batalyon Azov, para pemimpin Kiev dan Kemendagri menghentikan pembangkangan itu," klaim Prozorov.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan