Spanyol Laporkan 84 Kasus Cacar Monyet, Tertinggi di Eropa
Otoritas kesehatan Spanyol pada Kamis (26/5/2022) mengatakan 84 kasus monkeypox atau cacar monyet dikonfirmasi di negara itu.
Penulis:
Rica Agustina
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas kesehatan Spanyol pada Kamis (26/5/2022) mengatakan 84 kasus monkeypox atau cacar monyet dikonfirmasi di negara itu, yang merupakan jumlah kasus tertinggi di Eropa.
Kasus yang dikonfirmasi termasuk seorang wanita dari wilayah Madrid.
Otoritas kesehatan telah memusatkan penyelidikan mereka pada hubungan antara acara Gay Pride di Kepulauan Canary yang menarik sekitar 80.000 orang pada awal Mei, dan kasus-kasus yang terkait dengan sauna Madrid.
Tetapi beberapa orang, terutama pria gay dan biseksual, percaya ada sentuhan histeria homofobik dalam reaksi publik yang lebih luas terhadap wabah penyakit langka di luar Afrika, tempat di mana penyakit itu telah lama mewabah.
Sebagian besar kasus yang diketahui di Eropa terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, menurut pihak berwenang di Inggris, Spanyol, Jerman dan Portugal.
Baca juga: Seberapa Berbahayakah Penyakit Cacar Monyet? Begini Penjelasan Ahli
Baca juga: Mengenal Lima Definisi Kasus Cacar Monyet atau Monkeypox Mulai Suspek sampai Discarded
Seorang penasihat utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan wabah itu kemungkinan dipicu oleh aktivitas seksual di dua acara massal baru-baru ini di Eropa.
Sementara itu, wabah di Spanyol datang menjelang perayaan Madrid’s Gay Pride, yang akan digelar pada awal Juli.
Diperkirakan acara tersebut akan menarik banyak orang, tidak seperti acara dua tahun terakhir, yang jumlah pengikutnya dibatasi atau dibatalkan karena pembatasan Covid-19.
Penyelenggara mengatakan perayaan Pride pra-pandemi terakhir di kota itu, pada 2019, menarik sekitar 1,6 juta orang yang bersuka ria, meskipun polisi menyebutkan jumlahnya sekitar 400.000 orang.
"Kebanggaan adalah pesta besar, ini adalah momen untuk membuat suara kami didengar, yang menyatukan banyak orang," kata Mario Blázquez, koordinator program kesehatan untuk kelompok LGBTQ COGAM di Madrid kepada The Associated Press.
Blazquez mengatakan dia khawatir perayaan Pride bulan depan dapat terancam oleh pembatasan yang dipicu prasangka dan sebagian oleh ketakutan akan darurat kesehatan masyarakat lainnya di atas pandemi Covid-19 yang masih ada.
"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Kami tidak tahu apa tingkat penularan virus atau tindakan hukum apa yang dapat diambil. Dan kemudian stigma apa yang bisa ditimbulkan oleh tindakan hukum yang terkadang diskriminatif ini," katanya.
Sejauh ini, pihak berwenang Spanyol belum menyebutkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang akan menghambat pertemuan besar.
Tetapi di luar Pride March, Blázquez mengatakan dia khawatir bahwa masyarakat dapat membuat kesalahan yang sama seperti pada awal krisis HIV/AIDS tahun 1980-an, ketika fokus pada penyakit di kalangan pria gay mengaburkan penyebarannya di antara populasi yang lebih luas.
"Ini adalah penyakit yang bisa diderita oleh setiap anggota populasi," kata Blazquez.
