Virus Monkeypox
WHO: Hampir 200 Kasus Cacar Monyet Telah Dilaporkan di Lebih dari 20 Negara
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 200 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 20 negara.
Penulis:
Rica Agustina
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 200 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 20 negara, The Associated Press melaporkan.
Selama briefing pada hari Jumat, badan kesehatan PBB itu mengatakan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang apa yang memicu wabah cacar monyet terjadi di luar Afrika.
"Pengurutan pertama virus menunjukkan bahwa jenisnya tidak berbeda dari jenis yang dapat kita temukan di negara-negara endemik dan (wabah ini) mungkin lebih disebabkan oleh perubahan perilaku manusia," kata dokter Sylvie Briand, direktur pandemi WHO dan penyakit epidemik.
Awal pekan ini, seorang penasihat utama WHO mengatakan wabah di Eropa, AS, Israel, Australia dan sekitarnya kemungkinan terkait dengan seks di dua rave baru-baru ini di Spanyol dan Belgia.
Itu menandai penyimpangan yang signifikan dari pola penyebaran cacar monyet yang menyebar di Afrika tengah dan barat, di mana orang-orang terutama terinfeksi oleh hewan seperti hewan pengerat dan primata liar.
Baca juga: Spanyol Laporkan 84 Kasus Cacar Monyet, Tertinggi di Eropa
Baca juga: Mengenal Lima Definisi Kasus Cacar Monyet atau Monkeypox Mulai Suspek sampai Discarded
Meskipun WHO mengatakan hampir 200 kasus cacar monyet telah dilaporkan, tampaknya masih banyak kasus yang belum dikonfirmasi.
Pada hari Jumat, pihak berwenang Spanyol mengatakan jumlah kasus di sana telah meningkat menjadi 98 kasus.
Cacar monyet di negara itu juga terjadi pada seoarang wanita, yang berhubungan langsung dengan rantai penularan yang sebelumnya terbatas pada pria, menurut pejabat di wilayah Madrid.
Pejabat Inggris menambahkan 16 kasus lagi ke penghitungan cacar monyet mereka, sehingga total kasus menjadi 106
Sementara Portugal mengatakan total kasusnya melonjak menjadi 74 kasus.
Pihak berwenang di Argentina pada hari Jumat melaporkan kasus cacar monyet pada seorang pria dari Buenos Aires, menandai infeksi pertama di Amerika Latin.
Para pejabat mengatakan pria itu baru-baru ini melakukan perjalanan ke Spanyol dan sekarang mengalami gejala cacar monyet, termasuk luka dan demam.
Dokter di Inggris, Spanyol, Portugal, Kanada, AS, dan di tempat lain telah mencatat bahwa mayoritas infeksi hingga saat ini terjadi pada pria gay dan biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan pria.
Penyakit ini tidak lagi mempengaruhi orang karena orientasi seksual mereka dan para ilmuwan memperingatkan virus itu dapat menginfeksi orang lain jika penularannya tidak dihentikan.

Briand dari WHO mengatakan bahwa berdasarkan bagaimana wabah penyakit di masa lalu telah berkembang di Afrika, situasi saat ini tampaknya dapat dikendalikan.
Namun, dia mengatakan WHO memperkirakan akan melihat lebih banyak kasus yang dilaporkan di masa depan.
Ketika negara-negara termasuk Inggris, Jerman, Kanada, dan AS mulai mengevaluasi bagaimana vaksin cacar dapat digunakan untuk membendung wabah, WHO mengatakan kelompok ahlinya sedang menilai bukti dan akan segera memberikan panduan.
Dokter Rosamund Lewis, kepala departemen cacar WHO, mengatakan bahwa tidak perlu vaksinasi massal.
Cacar monyet tidak menyebar dengan mudah dan biasanya memerlukan kontak kulit-ke-kulit untuk penularan, jelas Lewis.
Tidak ada vaksin yang dikembangkan secara khusus untuk melawan cacar monyet, tetapi WHO memperkirakan bahwa vaksin smallpox efektif sekitar 85 persen.
Dia mengatakan negara-negara dengan persediaan vaksin dapat mempertimbangkannya untuk mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit, seperti kontak dekat dengan pasien atau petugas kesehatan.
Tetapi cacar monyet itu sebagian besar dapat dikendalikan dengan mengisolali kontak sosial penderita dan melanjutkan penyelidikan epidemiologis.
Mengingat pasokan vaksin cacar global yang terbatas, kepala kedaruratan WHO dokter Mike Ryan mengatakan pihaknya akan bekerja dengan negara-negara anggota untuk berpotensi mengembangkan persediaan yang dikendalikan secara terpusat.
Baca juga: Seberapa Berbahayakah Penyakit Cacar Monyet? Begini Penjelasan Ahli
Baca juga: Awal Mula Cacar Monyet atau Monkeypox Ditemukan, Simak Gejala dan Langkah Pencegahannya
"Kita berbicara tentang menyediakan vaksin untuk kampanye vaksinasi yang ditargetkan, untuk terapi yang ditargetkan," kata Ryan.
"Jadi volumenya tidak harus besar, tetapi setiap negara mungkin memerlukan akses ke sejumlah kecil vaksin," tambahnya.
Kebanyakan pasien cacar monyet hanya mengalami demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan.
Orang dengan gejala yang lebih serius dapat mengalami ruam dan luka pada wajah dan tangan yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)