9 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka dalam Tiga Penembakan Massal di AS
Sembilan orang tewas dan 28 orang terluka dalam penembakan massal di tiga kota Amerika Serikat (AS ).
TRIBUNNEWS.COM - Sembilan orang tewas dan 28 orang terluka dalam penembakan massal di tiga kota Amerika Serikat (AS ).
Insiden pertama terjadi di Philadelphia pada Sabtu malam, setelah perkelahian antara dua pria berubah menjadi baku tembak.
Keduanya menembakkan peluru ke bar yang ramai dan distrik restoran hingga memicu kepanikan ketika orang-orang mencoba melarikan diri.
Tiga orang tewas dan 12 orang terluka dalam insiden tersebut, kata polisi seperti dikutip Al Jazeera.
Polisi menambahkan, satu di antara dua pria yang terlibat baku tembak, diyakini tewas karena tembakan.
Baca juga: 15 Orang Tewas dalam 8 Penembakan Massal di Amerika Serikat Selama Akhir Pekan
Baca juga: Penembakan Kembali Terjadi di AS, 9 Orang Tewas dan 28 Lainnya Terluka
Seorang petugas polisi mengamati pria bersenjata lainnya menembak ke arah kerumunan dan menembak pria itu.
Penyerang menjatuhkan senjatanya karena dia dipukul oleh petugas, tetapi dia melarikan diri melalui kerumunan.
Korban tewas berusia 22, 27 dan 34 tahun, sedangkan usia korban luka berkisar antara 17 hingga 69 tahun.
Penembakan juga terjadi setelah tengah malam di dekat sebuah bar di Chattanooga, Tennessee, yang menewaskan tiga orang dan melukai 14 orang.
Dua orang meninggal karena luka tembak, dan yang ketiga meninggal setelah ditabrak kendaraan saat melarikan diri.
Kepala Polisi Chattanooga Celeste Murphy meminta masyarakat yang menyaksikan insiden tersebut untuk bersaksi dan menghubungi polisi melalui saluran telepon.
Lebih lanjut, insiden penembakan lain terjadi pada dini hari Minggu, yang menewaskan tiga orang dan melukai dua orang di Saginaw, Michigan, lapor televisi WEYI.
Polisi melaporkan bahwa mereka dipanggil ke tempat kejadian ketika dua pria dinyatakan meninggal, dan seorang wanita dibawa ke rumah sakit tetapi kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Dua pria lainnya dirawat karena luka tembak.
Berbeda dengan dua kasus lainnya, di mana pelaku menyasar orang-orang yang tidak terkait, kelima orang dalam penembakan di Michigan itu terlibat dalam insiden tersebut, kata polisi.
Baca juga: Penembakan di Philadelphia dan Tennessee Tewaskan Sedikitnya 6 Orang dan 25 Orang Terluka
Baca juga: Sepanjang Tahun 2022, Telah Terjadi 233 Kasus Penembakan Massal di Amerika Serikat
Seperti diketahui, kekerasan melanda AS saat masyarakat masih berduka atas penembakan yang menewaskan 10 orang di sebuah toko kelontong di Buffalo, New York; 21 korban di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas; dan empat orang di gedung medis di Tulsa, Oklahoma.
Insiden penembakan di Philadelphia membuat para pejabat terperanjat.
Walikota Philadelphia Jim Kenney menyebutnya mengerikan, tercela dan tidak masuk akal.
Sementara Komisaris Polisi Danielle Outlaw mengatakan pihaknya benar-benar merasa hancur.
Setidaknya ada 240 penembakan massal di AS sepanjang tahun ini, menurut Arsip Kekerasan Senjata, sebuah kelompok riset nirlaba.
Presiden AS Joe Biden telah meminta Kongres untuk melarang senjata serbu, memperluas pemeriksaan latar belakang dan menerapkan langkah-langkah pengendalian senjata lainnya untuk mengatasi serangkaian penembakan massal.
Pada hari Minggu, ia memperbarui seruannya untuk pembatasan senapan semi-otomatis.
"Jika kita tidak bisa melarang senjata serbu sebagaimana mestinya, kita setidaknya harus menaikkan usia untuk membeli senjata serbu menjadi 21 tahun," cuitnya.
Jajak pendapat CBS News/YouGov yang diterbitkan hari Minggu menunjukkan 62 persen orang Amerika mendukung larangan nasional terhadap senapan semi-otomatis.
Dukungan bahkan lebih tinggi untuk pemeriksaan latar belakang pada semua pembeli senjata (81 persen) dan undang-undang "bendera merah" (72 persen).
Chris Murphy, senator utama Demokrat AS yang bekerja pada pembicaraan keamanan senjata bipartisan, mengatakan dia berpikir sebuah paket termasuk investasi dalam kesehatan mental dan keselamatan sekolah dan beberapa perubahan pada undang-undang senjata dapat disetujui Kongres, Minggu.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)