Sabtu, 23 Agustus 2025

Virus Monkeypox

CDC Tolak Teori Penularan Monkeypox Lewat Udara

Inggris juga memasukkan Monkeypox dalam daftar 'penyakit menular berkonsekuensi tinggi' yang dapat menyebar melalui udara.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
UKHSA
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) itu menunjukkan lesi kulit yang khas dari infeksi cacar monyet (Monkeypox). 

Sebelumnya, CDC menyampaikan pada Kamis lalu bahwa Monkeypox 'tidak terindikasi berlama-lama di udara dan tidak ditularkan selama periode singkat di wilayah udara publik'.

Pernyataan tersebut mengikuti artikel the New York Times pada Selasa lalu, saat para ilmuwan menggambarkan ketidakpastian tentang penularan virus itu.

"Apa yang kami ketahui adalah bahwa mereka yang didiagnosis terinfeksi Monkeypox dalam wabah saat ini menggambarkan kontak fisik erat dan berkelanjutan dengan orang lain yang terinfeksi virus tersebut. Ini konsisten dengan apa yang telah kita lihat dalam wabah sebelumnya dan apa yang kita ketahui dari beberapa dekade untuk mempelajari virus ini dan virus yang terkait erat," kata Dr Walensky pada Jumat kemarin.

Namun dalam konferensi yang diadakan WHO, para ilmuwan justru mengatakan hal sebaliknya.

"Monkeypox kurang dipelajari dan episode penularan melalui udara sesekali telah dilaporkan untuk virus cacar yang terkait erat. Dalam wabah Monkeypox 2017 di Nigeria, infeksi terjadi pada 2 petugas kesehatan yang tidak memiliki kontak langsung dengan pasien," kata para ilmuwan.

Terkait wabah yang terjadi saat ini, beberapa pasien tidak tahu kapan atau bagaimana mereka bisa tertular virus.

Kendati demikian, Pakar Penularan Virus melalui Udara di Universitas Maryland, Dr Donald Milton mengatakan bahwa CDC mengambil langkah yang benar untuk meyakinkan publik bahwa wabah itu bukan ancaman bagi kebanyakan orang.

Karena penularan Monkeypox tidak seperti virus corona (Covid-19).

Baca juga: Lembaga Kesehatan Inggris Keluarkan Panduan Isolasi Mandiri untuk Orang yang Terinfeksi Monkeypox

"Penularan melalui udara tidak mungkin menjadi risiko bagi siapapun selain petugas kesehatan yang menangani pasien secara langsung," jelas Dr Milton.

Kendati demikian, ia memperingatkan bahwa 'menyangkal kemungkinan sepenuhnya adalah cara yang salah'.

"Saat virus ada dalam air liur atau saluran pernafasan, seperti yang ditunjukkan oleh Monkeypox, virus itu dapat dikeluarkan melalui tetesan pernafasan saat berbicara, bernyanyi, batuk, atau bersin," tegas Dr. Milton dan pakar lainnya.

Tetesan mungkin berat dan cepat jatuh ke benda atau orang, atau mungkin kecil dan ringan, berlama-lama di udara untuk waktu yang lama.

Namun penilaian CDC sebagian bergantung pada apakah virus hanya ada dalam tetesan besar atau dalam tetesan yang sangat kecil yang disebut aerosol.

Debat serupa juga pernah terjadi pada awal pandemi Covid-19, saat lembaga tersebut dan WHO berfokus pada droplet besar sebagai jalur utama penularan.

Namun faktanya, aerosol ternyata menjadi pendorong utama penularan Covid-19.

Pakar Kualitas Udara di Queensland University of Technology di Australia, Lidia Morawska mengatakan bahwa virus 'dapat hadir dalam partikel pernapasan melalui berbagai ukuran', bukan hanya tetesan besar.

"Dalam pandangan saya, tidak ada dasar untuk pernyataan bahwa virus hanya ditularkan melalui tetesan besar dan menghadirkan risiko infeksi hanya pada jarak dekat," kata Morawska.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan