Virus Corona
Kongres Amerika Serikat Mulai Kurangi Jatah Pendanaan untuk Covid-19
Kongres Amerika Serikat (AS), membuat pemerintahan Presiden Joe Biden kembali mendistribusikan 10 miliar dolar AS untuk Covid-19
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Berkurangnya dana pandemi virus corona (Covid-19) yang ada dan tidak adanya anggaran baru dari Kongres Amerika Serikat (AS), membuat pemerintahan Presiden Joe Biden kembali mendistribusikan 10 miliar dolar AS dari alokasi dana pengujian dan program kesiapsiagaan lainnya.
Langkah ini diambil untuk memastikan vaksin baru Covid-19 dan perawatan yang ada saat ini tetap tersedia pada musim gugur 2022.
Dikutip dari laman Axios, Minggu (12/6/2022), dengan Kongres tidak mau menyetujui pengeluaran baru, Gedung Putih pun harus membuat pilihan yang sulit untuk menghindari kekurangan jika varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya muncul.
"Pertukaran ini terpaksa kami lakukan karena Kongres memiliki konsekuensi serius," kata seorang pejabat Gedung Putih.
Ia menandai pembiayaan terhadap terapi dan diagnostik, kapasitas produksi vaksin dalam negeri, penimbunan Alat Pelindung Diri (APD), serta perlengkapan sistem pengujian.
Administrasi Biden mengarahkan 5 miliar dolar AS diantaranya untuk membeli dosis vaksin versi yang diperbaharui untuk musim gugur ini.
Sedangkan 4,9 miliar dolar AS lainnya akan dialihkan untuk membeli 10 juta program pengobatan antivirus oral Paxlovid Pfizer.
"Lalu 300 juta dolar AS akan dialokasikan kembali untuk lebih banyak perawatan antibodi monoklonal," kata pejabat itu.
Seorang Ahli Epidemiologi di Brown University School of Public Health, Jennifer Nuzzo mengatakan bahwa ini benar-benar situasi yang tidak menguntungkan.
"Ini terlihat seperti anda hanya mengambil uang dari satu akun penting untuk akun lain, padahal anda membutuhkan keduanya," kata Nuzzo.
Baca juga: Inflasi Amerika Serikat Mencapai 8,6 Persen, Sentuh Rekor Tertinggi Dalam 40 Tahun
Di luar persediaan dan penelitian, ada pula kekhawatiran yang muncul tentang bagaimana realokasi anggaran untuk Covid-19 dapat memperlebar kesenjangan kesehatan.
Pemerintah AS pada Maret lalu mulai membuat langkah penghematan dengan menghentikan program federal yang membayar untuk pengujian dan perawatan yang tidak diasuransikan.
Pembatasan anggaran ini tentunya membatasi kemampuan untuk melacak virus di beberapa populasi paling rentan yang berisiko lebih besar sakit dan menyebarkan penyakit.
Kurangnya dana baru telah melanda pusat kesehatan federal yang memenuhi syarat seperti Cherokee Health Systems, sekelompok klinik di bagian timur pedesaan Tennessee, di mana hampir sepertiga pasiennya tidak diasuransikan.
CEO Cherokee Health Systems, Parinda Khatri mengatakan bahwa klinik tersebut menggunakan dana dari hibah HRSA Covid-19 untuk menutupi pengeluaran dalam mengurus biaya perawatan, pengujian dan vaksinasi pasien.
Namun dana tersebut diprediksi habis sebelum akhir tahun ini.
"Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan, kami hanya perlu menemukan cara untuk menyerap biaya-biaya itu," jelas Khatri.
Sementara itu, Nuzzo menekankan bahwa ada hal yang harus dipilih dan dikorbankan terkait hal ini.
Baca juga: Harga BBM di Amerika dan Inggris Melonjak Drastis, Tembus Rp 33 Ribu Per Liter di Inggris
"Kita tidak bisa menyatukan tindakan kita untuk meloloskan dana, itu seperti mencoba memutuskan antara anak-anak anda yang mana yang akan anda selamatkan. Kekhawatiran saya adalah ini tidak hanya menambah jumlah korban, namun juga memperparah kesenjangan," tegas Nuzzo.
Sumber