Rabu, 3 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pentagon: AS Tidak akan Menekan Ukraina untuk Merundingkan Gencatan Senjata

Pentagon menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak akan menekan Ukraina untuk merundingkan gencatan senjata, walaupun Rusia membuat kemajuan di timur.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Inza Maliana
Southfront.org
Artileri berat Rusia Malka 2 dijadikan senjata utama menghancurkan infrantri Ukraina di wilayah Donbass. Howitzer ini menggunakan peluru kaliber 202 mm. 

TRIBUNNEWS.COM - Pentagon menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak akan menekan Ukraina untuk merundingkan gencatan senjata, walaupun Rusia membuat kemajuan di timur.

"Kami tidak akan memberi tahu Ukraina bagaimana bernegosiasi, apa yang harus dinegosiasikan, dan kapan harus bernegosiasi," kata Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS, Colin H. Kahl, pada Selasa (14/6/2022).

"Mereka akan menetapkan persyaratan itu untuk diri mereka sendiri," imbuhnya, dikutip dari The Straits Times

Komentar Kahl muncul saat Ukraina hampir kehilangan wilayahnya di Donbas karena serangan Rusia.

Bentrok antara kedua militer pecah di jalanan Kota Sievierodonetsk, dan kesempatan Rusia mengklaim kota itu makin besar.

Baca juga: Rusia Minta Pejuang Ukraina Menyerah di Severodonetsk: Hentikan Perlawanan Tak Masuk Akal

Baca juga: Rusia Larang 29 Jurnalis Inggris Memasuki Moskow, Balasan atas Sanksi Barat

Seorang prajurit Rusia berpatroli di sebelah monumen ahli metalurgi dengan bendera Rusia di atasnya, di pintu masuk Mariupol pada 12 Juni 2022, di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.
Seorang prajurit Rusia berpatroli di sebelah monumen ahli metalurgi dengan bendera Rusia di atasnya, di pintu masuk Mariupol pada 12 Juni 2022, di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. (Yuri KADOBNOV / AFP)

Pasukan Rusia dan kelompok separatis mengendalikan sekitar 80 hingga 90 persen wilayah Donbas, menurut pejabat Ukraina.

Pencapaian ini akan memberikan pengaruh potensial bagi Kremlin dalam negosiasi.

"Peran kami adalah untuk membantu mereka memastikan bahwa mereka dapat mempertahankan diri dari serangan Rusia," kata Kahl dalam konferensi keamanan di Washington yang diselenggarakan oleh Center for New American Security.

"Dan mereka telah melakukan pekerjaan yang sangat berani dalam hal itu, dan untuk memperkuat tangan mereka setiap kali negosiasi terjadi," ujarnya.

Terlepas dari dukungan kuat, tampaknya terjadi perbedaan pendapat di antara negara-negara pro-Ukraina.

Para pemimpin di Eropa Tengah dan Timur, dengan sejarah panjang dominasi Soviet, memiliki pandangan yang kuat tentang perlunya menjinakkan Rusia bahkan menolak gagasan untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tetapi Prancis, Italia, dan Jerman, di antara negara-negara terbesar dan terkaya di benua itu, cemas akan perang yang panjang hingga berujung kebuntuan.

Mereka juga khawatir tentang kemungkinan kerusakan ekonominya sendiri, karena negara-negara di Eropa bergulat dengan kenaikan inflasi dan harga gas.

Sehari sebelum 40 sekutu Barat dijadwalkan bertemu di Brussel untuk membahas permintaan Ukraina terkait senjata canggih pada Rabu ini, Kahl mengecilkan potensi Rusia di Luhansk.

"Untuk beberapa derajat itu benar, meskipun keuntungan benar-benar pada hari tertentu diukur dalam blok. Itu bukan terobosan besar dari pertahanan Ukraina," kata Kahl.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan