G7 Umumkan Rencana Infrastruktur Senilai $600 Miliar untuk Tandingi China
Kemitraan G7 untuk Infrastruktur dan Investasi Global akan membantu membiayai proyek-proyek infrastruktur di negara-negara berkembang.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Whiesa Daniswara
Pejabat Gedung Putih mengatakan, rencana itu hanya memberikan sedikit manfaat nyata bagi banyak negara berkembang.
Skema itu disebutnya justru menjebak negara-negara penerima dalam utang dan dengan investasi yang lebih menguntungkan China daripada tuan rumah mereka.
Biden menyoroti beberapa proyek unggulannya, termasuk proyek pengembangan tenaga surya senilai $2 miliar di Angola dengan dukungan dari Departemen Perdagangan, Bank Ekspor-Impor AS, perusahaan AS AfricaGlobal Schaffer, dan pengembang proyek AS Sun Africa.
Bersama dengan anggota G7 dan Uni Eropa, Washington juga akan memberikan bantuan teknis sebesar $3,3 juta kepada Institut Pasteur de Dakar di Senegal.
Institut itu mengembangkan fasilitas manufaktur multi-vaksin skala industri yang pada akhirnya dapat membuat vaksin Covid-19 dan vaksin lainnya, sebuah proyek yang juga melibatkan UE.
Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) juga akan memberikan komitmen hingga $50 juta selama lima tahun ke Dana Insentif Penitipan Anak global Bank Dunia.
Friederike Roder, wakil presiden kelompok nirlaba Global Citizen, mengatakan janji investasi bisa menjadi "awal yang baik" menuju keterlibatan yang lebih besar oleh negara-negara G7 di negara-negara berkembang dan dapat mendukung pertumbuhan global yang lebih kuat untuk semua.
Negara-negara G7 rata-rata hanya memberikan 0,32 persen dari pendapatan nasional bruto mereka – kurang dari setengah dari 0,7 persen yang dijanjikan – dalam bantuan pembangunan, kata Roder.
"Tetapi tanpa negara berkembang, tidak akan ada pemulihan ekonomi dunia yang berkelanjutan," tambahnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)