Kamis, 18 September 2025

Tunjukkan Kedekatan di Pasifik, Cina Latih Bela Diri Polisi Kepulauan Solomon

Cina melatih anggota kepolisian Kepulauan Solomon pascakerusuhan di China Town Honiara 2021. Selain melatih, Cina membantu peralatan polisi setempat.

AFP/ROBERT TAUPONGI
Asap dari gedung-gedung yang terbakar membubung dari Honiara di Kepulauan Solomon pada 25 November 2021, pada hari kedua kerusuhan yang membuat ibu kota terbakar dan mengancam akan menggulingkan pemerintah negara Pasifik itu. (Photo by Robert TAUPONGI / AFP) 

Seni bela diri menjadi sorotan dalam pelatihan tersebut. "Kami menggabungkan seni bela diri dan grappling, dan rekan-rekan lokal kami sangat tertarik dengannya, karena mereka tentu semua tahu Bruce Lee dan Jackie Chan," kata Zhang.

"Kami mengajari mereka gerakan seni bela diri yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," kata Zhang.

Ia mengatakan pelatihan yang diberikan polisi Tiongkok tidak hanya profesional dan praktis, tetapi juga tulus dan tanpa pamrih.

Setelah pelatihan, petugas polisi setempat diuji dan diberikan sertifikat. Zhang berkomentar demonstrasi ketrampilan pada 1 Juli menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan semula.

Polisi Kepulauan Solomon bekerja keras selama pelatihan. Zhang ingat kepolisian menjadi sasaran ketidakpercayaan dan kritik publik karena ketidakmampuan mereka untuk segera mengendalikan kerusuhan.

Apalagi, China telah menyediakan peralatan yang cukup untuk Kepulauan Solomon.

Sekarang semua 1.500 anggota Angkatan Kepolisian Kepulauan Solomon telah diberikan peralatan tersebut, yang memungkinkan mereka merespon kasus kejahatan seperti perampokan dan penjarahan tepat waktu.

Masyarakat Tionghoa setempat yang sering menjadi korban ketidakstabilan sosial sangat menyambut baik hasil pelatihan tersebut.

"Saya terkejut melihat efek yang begitu besar setelah periode pelatihan singkat," Liu Ze, Sekretaris Asosiasi Cina Kepulauan Solomon, mengatakan kepada Global Times.

"Sekarang kami, orang Tionghoa di sini, telah mendapatkan rasa aman yang lebih besar. Asosiasi kami mendirikan pusat kontak antara polisi dan penduduk," katanya.

Kepulauan Solomon dan Cina memiliki banyak perbedaan lingkungan dan politik, dan dalam kondisi budaya dan ekonomi, yang menghadirkan tantangan bagi pekerjaan Zhang.

Diakuinya, kepercayaan dan pemahaman dibangun secara bertahap, terutama karena banyak masyarakat lokal yang kurang memahami Cina.

Apalagi selama berada di Kepulauan Solomon, mereka mengalami dua kali wabah besar epidemi COVID-19, sehingga mereka hanya bisa melakukan sesi pelatihan skala kecil.

Suhu tinggi, nyamuk, serangga, dan gempa bumi juga menghadirkan tantangan unik bagi Zhang dan rekan satu timnya.

Menghilangkan Disinformasi

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan