Konflik Rusia Vs Ukraina
Eks Tentara Prancis Adrien Bocquet : “Bucha Massacre” Operasi Palsu Ukraina
Mantan tentara Prancis Adrien Boucqet yang jadi relawan di Ukraina bersaksi peristiwa Bucha adalah operasi bendera palsu Ukraina untuk jatuhkan Rusia.
Penulis:
Setya Krisna Sumarga
“Pada saat yang sama saya melihat mayat orang dibawa keluar dari truk dan dibaringkan di samping mayat yang tergeletak di tanah untuk memberikan efek pembunuhan massal,” lanjut Bocquet.
Dia menambahkan ada wartawan di dekatnya yang segera mulai merekam begitu tumpukan mayat terbentuk.
“Salah satu relawan yang berada di tempat ini sehari sebelumnya --saya tekankan saya tidak menyaksikan ini-- mengatakan (sesuatu) kepada saya,” katanya.
“Dia mengatakan kepada saya sehari sebelumnya dia melihat truk berpendingin dari kota lain di Ukraina datang ke Bucha dan menurunkan mayat dan meletakkannya berbaris. Dari sini saya menyadari mereka sedang melakukan pembantaian massal,” kata orang tersebut.
Bocquet mencatat baik sukarelawan maupun penduduk setempat ditekan dan diancam dengan hukuman penjara dan pembalasan untuk menghindari publisitas yang buruk.
“Kami mendistribusikan obat-obatan, antara lain yang mengandung narkotika, pereda nyeri, yang mengandung morfin. Mereka memberi tahu kami secara terbuka: jika Anda tidak berbagi dengan kami, Anda tidak akan mencapai tujuan yang Anda tuju,” kata Bocquet mengutip omomngan penduduk.
Ia ingat jelas relawan harus mengantarkan obat penghilang rasa sakit ini ke rumah sakit anak-anak, dan ia diberitahu jika mereka tidak berbagi, mereka tidak akan pernah sampai di sana (Bucha).
“Ketika kami di dekat Bucha, kami dikawal penjaga militer, mereka adalah pejuang Azov. Mereka mengantar kami ke salah satu hanggar dan menyuruh kami menyiapkan kotak terpisah berisi obat-obatan yang mengandung morfin agar kami bisa mengemudi,” kata Bocquet.
Selanjutnya, para relawan dilarang mengambil foto dan video.
“Kami diperingatkan (jika kami mengambil foto atau video) kami akan mendapatkan hukuman penjara selama sepuluh tahun atau konsekuensi yang lebih berat,” katanya.
Larangan ini juga berlaku untuk penduduk setempat. Tekanan ini diberikan oleh militer, terutama orang-orang Azov.
“Hari ini, Eropa tidak mengerti betapa besar tekanan pada penduduk Ukraina,” kata pria Prancis itu.
Dia mengakui dirinya mulai menerima ancaman setelah dia mulai berbicara tentang kejahatan pejuang Ukraina.
Dia juga mengungkapkan kekhawatiran dia akan dianiaya oleh pihak berwenang Prancis.
“Tentu saja, saya takut akan hal itu, saya takut mereka akan mengarang beberapa hal terhadap saya untuk membungkam saya atau memasukkan saya ke penjara,” pungkasnya.