Selasa, 2 September 2025

Profil dan Biodata Salman Rushdie, Penulis Novel Ayat-ayat Setan yang Ditikam saat di New York

Salman Rushdie, penulis novel The Satanic Versus atau Ayat-ayat Setan, ditikam saat menjadi pembicara di sebuah acara di New York, Jumat (12/8/2022).

Kenzo TRIBOUILLARD / AFP
Dalam file foto yang diambil pada 16 November 2012, penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV "Le grand journal" di set Saluran TV Prancis+ di Paris. Rushdie, yang tulisan-tulisannya yang kontroversial membuatnya menjadi sasaran fatwa yang memaksanya bersembunyi, ditikam di leher oleh seorang penyerang di atas panggung hari Jumat di negara bagian New York barat, menurut Kepolisian Negara Bagian New York. Yang diserang berada dalam tahanan. 

Ia belajar di Rugby School dan University of Cambridge hingga menerima gelar MA di sana, tepatnya pada 1968.

Setelahnya, ia bekerja di London pada era 1970-an, sebagai copywriter iklan di Ogilvy & Mather.

Ia kemudian mulai menulis novel dengan novel pertama yang terbit berjudul Grimus pada 1975.

Novel selanjutnya yang ia terbitkan yakni Midnight's Children (1981), tentang seorang anak laki-laki yang lahir di India tepat ketika negara itu memperoleh kemerdekaannya.

Lalu Novel Shame pada 1983 yang dilatarbelakangi oleh gejolak politik di Pakistan saat itu.

Novel selanjutnya yakni The Satanic Versus, yang menimbulkan protes di banyak negara, termasuk Indonesia kala itu.

Grup Band GodBless bahkan menciptakan lagu berjudul Maret 1989, terinspirasi dari situasi dunia yang protes terhadap novel itu.

Inggris dan Iran sampai memutuskan hubungan diplomatik mereka atas kontroversi Salman Rushdie pada tahun 1989.

Baca juga: PROFIL Ayman Al Zawahiri, Pemimpin Al Qaeda Tewas dalam Serangan Pesawat Tak Berawak, Sosok Radikal

Meski terancam mati, Rushdie terus menulis, ia memproduksi Imaginary Homelands (1991), kumpulan esai dan kritik; novel anak-anak Haroun and the Sea of ​​Stories (1990); kumpulan cerpen Timur, Barat (1994); dan novel The Moor's Last Sigh (1995).

Pada tahun 1998 Mohammad Khatami membuat komitmen publik untuk tidak mendukung atau menghalangi pembunuhan Rushdie, dalam upaya untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Inggris.

Setelah kembali ke kehidupan publik, Rushdie menerbitkan novel The Ground Beneath Her Feet (1999) dan Fury (2001).

Namun pada tahun 2005 pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan kembali hukuman mati.

Dikutip dari greelane.com, Al Qaeda juga memasukkannya ke dalam daftar sasaran bersama beberapa tokoh sastra dan media yang diklaim menghina Islam.

Salman Rushdie sempat menggunakan nama Joseph Anton saat bersembunyi.

Setiap tahun pada tanggal 14 Februari, Salman Rushdie menerima peringatan dari Iran bahwa dia masih hidup di bawah hukuman mati yang pertama kali dijatuhkan oleh Ayatollah Khomeini pada tahun 1989.

Baca juga: Reaksi Pemimpin Dunia atas Tewasnya Pemimpin Al Qaeda Ayman Al Zawahiri

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan