Selasa, 9 September 2025

OECD: Negara-negara Ekonomi Terdepan Meluncur ke Dalam Resesi, Perang Ukraina Hambat Pertumbuhan

OECD memperkirakan negara-negara dengan ekonomi terdepan dunia akan mengalami resesi tahun depan. Resesi dipicu krisis energi dan juga akibat perang.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Spencer Platt/AFP
Trader bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE) pada 23 September 2022 di New York City. Dow Jones Industrial Average telah turun lebih dari 400 poin karena kekhawatiran resesi. OECD memperkirakan negara-negara dengan ekonomi terdepan dunia akan mengalami resesi tahun depan. Resesi dipicu krisis energi dan juga akibat perang. 

Akan tetapi proyeksi ini tidak memperhitungkan langkah-langkah yang diumumkan dalam anggaran-mini kanselir Kwasi Kwarteng pada hari Jumat.

OECD memperkirakan penurunan pertumbuhan di zona euro dari 3,1% tahun ini menjadi hanya 0,3% pada 2023.

Artinya, banyak negara di blok mata uang Euro akan menghabiskan setidaknya sebagian tahun dalam resesi.

Resesi didefinisikan sebagai kontraksi dua kuartal berturut-turut.

Prancis bisa lolos dari resesi jika tumbuh sebesar 0,8% tahun depan seperti yang diprediksi oleh OECD.

Tetapi Prancis akan menderita bersama dengan negara-negara Eropa lainnya setelah penurunan peringkat pertumbuhan PDB sejak Juni sebesar 1,3 poin persentase.

Rusia akan menyusut setidaknya 5,5% tahun ini dan 4,5% pada 2023.

Ketergantungan Berlin pada gas Rusia sebelum invasi berarti ekonomi Jerman akan menyusut 0,7% tahun depan, turun dari perkiraan Juni sebesar 1,7%.

OECD memperingatkan bahwa gangguan lebih lanjut pada pasokan energi akan memukul pertumbuhan dan mendorong inflasi, terutama di Eropa.

Masalah energi dapat menjatuhkan aktivitas kembali 1,25 poin persentase dan meningkatkan inflasi sebesar 1,5 poin persentase, mendorong banyak negara ke dalam resesi selama setahun penuh pada tahun 2023.

Output global tahun depan diproyeksikan menjadi $2.8tn lebih rendah dari perkiraan OECD sebelum Rusia menyerang Ukraina.

"Ekonomi global telah kehilangan momentum setelah perang agresi Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan ilegal terhadap Ukraina," kata sekretaris jenderal OECD, Mathias Cormann.

"Pertumbuhan PDB telah terhenti di banyak ekonomi dan indikator ekonomi menunjukkan perlambatan yang berkepanjangan."

Seorang wanita berbelanja bahan makanan di sebuah toko pada 29 Juli 2022 di Arlington, Virginia. Ekonomi AS mengalami kontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut antara April dan Juni, menurut data pemerintah, menambahkan kekhawatiran terjadinya resesi.
Seorang wanita berbelanja bahan makanan di sebuah toko pada 29 Juli 2022 di Arlington, Virginia. Ekonomi AS mengalami kontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut antara April dan Juni, menurut data pemerintah, menambahkan kekhawatiran terjadinya resesi. (OLIVIER DOULIERY / AFP)

Tinjauan terhadap prospek AS menemukan bahwa meskipun AS kemungkinan akan tumbuh lambat tahun ini dan berada dalam resesi untuk sebagian tahun 2023, ketergantungan AS pada energi dari Rusia atau sumber lain tidak sebanyak negara lain, memungkinkan pemulihan yang kuat pada tahun 2024.

OECD memperkirakan bahwa ekonomi terbesar dunia itu akan melambat dari pertumbuhan 1,5% tahun ini menjadi hanya 0,5% tahun depan, turun dari perkiraan Juni sebesar 2,5% pada 2022 dan 1,2% pada 2023.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan