Jumat, 8 Agustus 2025

Pilpres 2024: Mengapa nama Nasaruddin Umar muncul sebagai kandidat cawapres Ganjar Pranowo dan bagaimana peluangnya?

Sejumlah pengamat politik menilai PDI-Perjuangan akan “bertaruh besar” apabila menjadikan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini sebagai…

“Karena NU ini unik, tidak ada satu pun orang di negara ini, bahkan Ketua PBNU-nya mengklaim diri bahwa, ‘saya paling NU’. Jadi tidak lantas menjamin bisa otomatis menggandeng puluhan juta orang untuk ikut memilih,” kata dia.

Sementara itu, Nasaruddin Umar tidak memiliki banyak rekam jejak di bidang politik.

Dia dikenal sebagai salah satu tokoh Islam moderat, yang menurut Bawono, juga mungkin jadi salah satu hal yang memengaruhi mengapa namanya dipertimbangkan.

Dikutip dari situs Masjid Istiqlal, Nasaruddin adalah guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Tokoh asal Sulawesi Selatan ini pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama pada tahun 2011-2014. Dia juga merupakan pendiri organisasi lintas agama untuk Masyarakat Dialog antar Umat Beragama.

“Meski beliau adalah tokoh NU, tapi tidak pernah jadi Ketua PBNU, tidak punya partai juga, sebenarnya latar belakangnya lebih ke akademisi, lebih banyak di kampus,” kata dia.

Kondisi itu justru dianggap bisa berisiko bagi elektabilitas Ganjar yang menurut Bawono juga “tidak betul-betul aman” di tengah persaingan Pilpres 2024 yang "sangat kompetitif".

“Meskipun di dalam survei-survei Ganjar nomor satu, tapi selisihnya terpaut tipis dengan Prabowo. Prabowo tinggal menggandeng orang yang tepat, dia bisa menang,” tutur Bawono.

Dihubungi terpisah, pengamat politik Ray Rangkuti juga menilai elektabilitas Nasaruddin Umar “rendah” karena “tidak memiliki basis” di NU sebagai modal untuk menjadi cawapres.

“Kalau penjelasannya sedang mendekati tokoh Islam, ada tokoh-tokoh Islam, ada tokoh lain yang elektabilitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan beliau seperti Mahfud MD, Khofidah. Beliau juga tidak dikenal dalam pengertian politik, meski beliau adalah tokoh agama. Jadi menurut saya, Nasaruddin Umar masih jauh dari jangkauan itu,” kata Ray.

Lalu mengapa namanya muncul?

Mencari ‘tokoh Islam tanpa ambisi politik’

Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy juga mengatakan bahwa Nasaruddin “memiliki kriteria yang sesuai” sebagai tokoh dari luar Pulau Jawa dengan “warna keagamaan yang moderat”.

Kriteria itu dinilai dapat mengimbangi Ganjar yang merupakan tokoh nasionalis dari Pulau Jawa.

Hal itu kemudian diamiini oleh Arsul Sani, yang mengatakan bahwa PPP memandang penting untuk mempertahankan pakem “nasionalis-agamis” atau “agamis nasionalis”.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan