Pilpres 2024: Mengapa elektabilitas Anies Baswedan ‘terus menurun’ setelah sempat 'mencuri' suara pendukung Prabowo?
Anies Baswedan dan Prabowo Subianto disebut memiliki basis pendukung yang "beririsan", namun sejak awal 2023 lalu, elektabilitas Anies…
Seorang pemilih muda, Anggara Alvin juga mengalihkan dukungannya pada Anies, setelah pada pilpres sebelumnya dia mendukung Prabowo.
Salah satu alasannya dulu mendukung Prabowo karena “tidak suka dengan orang-orang di belakang Jokowi”. Namun kini, dia menilai “Indonesia butuh sosok baru”.
“Kalau Anies pengamatan saya, dia lebih dekat dengan rakyat dan milenial, dan dia juga tidak terlalu nasionalis seperti Prabowo dan Ganjar,” kata dia.
Namun, survei enam bulan belakangan justru menunjukkan bahwa keadaan berbalik.
Anies dan Prabowo juga sama-sama memiliki rekam jejak populer di kalangan pemilih Islam. Anies, pada Pilkada DKI Jakarta 2017, menang melawan Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kontestasi Pilkada yang diwarnai isu penistaan agama.
Sementara Prabowo unggul di kalangan pemilih Islam pada Pilpres 2014, ketika bertarung melawan Jokowi-Jusuf Kalla.
Modal awal Anies dari basis pemilih Islam itu ternyata "tidak cukup" mengamankan suaranya berdasarkan survei-survei sepanjang 2023.
Menurut temuan SMRC pada Maret 2023, suara pemilih Muslim ternyata terdistribusi "relatif merata" ke tiga calon tersebut.
Dari 87,5% yang beragama Islam, 34% di antaranya memilih Ganjar, 29% Anies Bawedan, dan 27% Prabowo Subianto.
Menurut Deni, survei lainnya dari SMRC menunjukkan bahwa posisi ideologi Anies tidak sejalan dengan posisi ideologi para pemilih pada umumnya.
“Menurut studi kami, dalam spektrum ideologi, pemilih Indonesia pada umumnya itu cenderung moderat nasionalis. Sedangkan Anies dipersepsikan agak ke kanan, berbeda dengan persepsi pemilih terhadap Ganjar dan Prabowo yang lebih dekat pada nasionalis,” papar Deni.
Antitesa pengusung ‘perubahan’ dalam ‘ceruk yang kecil’
Menurut Bawono, strategi Anies muncul sebagai kandidat capres yang mengusung “perubahan” belum bisa berhasil menarik lebih banyak pemilih karena tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi “sedang tinggi-tingginya”.
Hasil survei Indikator Politik menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi mencapai 79,2%, yang merupakan angka tertinggi selama dia menjabat sebagai presiden.
Survei lainnya dari SMRC juga menunjukkan tingkat kepuasan publik mencapai 81,7%.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.