Kamis, 4 September 2025

Haji 2023: Pemerintah diminta evaluasi penyedia layanan setelah jemaah mengeluh soal makanan

Jemaah haji reguler asal Indonesia mengeluhkan jatah makanan yang berulang kali terlambat didistribusikan, menu makanan yang “seadanya”,…

Jemaah haji reguler asal Indonesia mengeluhkan jatah makanan yang berulang kali terlambat didistribusikan, menu makanan yang “seadanya”, serta sempat terlantar selama tujuh jam tanpa makan dan minum akibat keterlambatan bis penjemputan.

Keluhan para jemaah haji itu muncul ketika mereka melakukan ritual puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Pemerintah pun diminta mengevaluasi operator penyedia konsumsi, akomodasi, dan transportasi bagi jemaah haji asal Indonesia.

Seorang jemaah haji asal Batam, Dhea Arizona, 34 tahun, menceritakan kepada BBC News Indonesia bagaimana menu makanan yang disajikan untuk para jemaah haji selama Armina ‘sangat seadanya’ dan beberapa kali terlambat didistribusikan.

Padahal sebelum berangkat, Dhea mengatakan para jemaah haji dijanjikan makanan dengan cita rasa Indonesia. Mulai dari rendang, opor ayam, mangut lele, dan lain-lain. Tetapi makanan yang dia terima tidak sesuai harapannya.

“Menu seadanya. Pernah lauknya daging itu entah digoreng atau direbus saja, nggak berbumbu, makannya nggak nafsu. Banyak yang akhirnya nggak menghabiskan makanannya. Saya juga merasa makanannya kurang layak dikonsumsi,” kata Dhea kepada BBC News Indonesia, Jumat (30/6).

“Saya juga sempat foto yang lauknya ayam, dagingnya keras sampai susah dimakan. Gigi saya sampai sakit,” sambungnya.

Jatah sarapan pagi, kata Dhea, berulang kali baru diberikan pukul 09:00 pagi, kemudian makan siang pada pukul 15, dan makan malam pada pukul 21:00.

Pada Kamis (29/6) malam atau 10 Dzulhijjah menurut kalender Islam, Dhea bahkan mengaku tidak mendapatkan makan malam sama sekali.

Padahal menurut informasi yang disampaikan oleh Kementerian Agama, hari ini semestinya bukan hari tanpa katering. Artinya, jemaah haji seharusnya tetap mendapatkan makanan.

“Malam itu kami cuma dikasih buah dan air. Harusnya ada makanan, tapi herannya nggak ada. Untungnya ada orang Arab yang sedekah, kami akhirnya dapat makanan dari situ,” kata dia.

Sebagai seorang penderita sakit maag, Dhea pun harus mengakali situasi itu.

“Jadi saya harus beli cemilan. Untungnya di depan ada pasar, kalau enggak kuat tinggal jalan, beli makanan sendiri. Tapi harusnya itu kan tanggung jawab penyelenggara. Bagaimana dengan ibu-ibu dan lansia yang banyak banget?” tuturnya.

Jemaah haji lainnya yang dihubungi BBC News Indonesia, Mohammad Afifi Romadhoni, 31, mengatakan bahwa selama di Armina, rombongannya pernah satu kali terlambat menerima makanan ketika baru tiba di Arafah dari Mekkah pada 26 Juni.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan