Joe Biden Berkunjung ke Vietnam, Amerika Serikat Bantah Perang Dingin Lawan Tiongkok
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berkunjung ke Vietnam. Ia membantah isu perang dingin antara AS vs Tiongkok.
Penulis:
Muhamad Deni Setiawan
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berkunjung ke Vietnam.
Dalam kunjungan tersebut, Joe Biden berkomentar soal isu perang dingin antara Amerika Serikat vs Tiongkok. Pria berusia 80 tahun itu pun membantah hal tersebut.
Joe Biden mengatakan tujuannya adalah untuk memberikan stabilitas di seluruh dunia dengan membangun hubungan AS dengan Vietnam dan negara-negara Asia lainnya.
Kemitraan strategis dengan Vietnam merupakan peningkatan hubungan yang positif bagi Amerika Serikat.
Baca juga: Tanpa Lionel Messi, Nasib Mujur Inter Miami di Liga Amerika Serikat Nyaris Terhenti
Hal ini merupakan puncak dari upaya AS selama dua tahun terakhir untuk memperkuat hubungan dengan Vietnam, yang dianggap sebagai kunci untuk melawan pengaruh Tiongkok di Asia.
Sementara itu, kesepakatan ini juga bukan prestasi kecil bagi Vietnam.
Kemitraan dengan Washington merupakan hubungan diplomatik tingkat tertinggi yang pernah dilakukan oleh Vietnam.
"Kita mempunyai peluang untuk memperkuat aliansi di seluruh dunia untuk menjaga stabilitas. Itulah inti perjalanan ini," kata Biden dikutip dari Euro News.
"Saya rasa kita terlalu banyak memikirkan istilah-istilah Perang Dingin."
"Ini bukan tentang hal itu. Ini tentang menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas."
"Saya ingin melihat Tiongkok sukses secara ekonomi, tetapi saya ingin melihat mereka sukses sesuai aturan," tuturnya.

Tanda-tanda perbaikan hubungan telah membuat kesal Tiongkok, yang menyebutnya sebagai bukti mentalitas perang dingin Amerika.
Namun Vietnam telah memikirkan hal ini dengan matang, kata Le Hong Hiep kepada ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura via BBC.
Ia menambahkan bahwa perjanjian dengan AS bersifat simbolis dan bukan substansi.
Kemitraan ini mencerminkan upaya yang lebih luas di Asia untuk melawan pengaruh Tiongkok karena Biden mengatakan Vietnam ingin menunjukkan kemandiriannya.
Kemudian perusahaan-perusahaan AS juga menginginkan alternatif selain mendirikan pabrik-pabrik di Tiongkok.
Namun Biden mengupayakan perjanjian ini sambil berusaha meredakan ketegangan dengan Tiongkok.
Harapan Vietnam
Perjanjian ini mungkin hanya simbolis, tetapi hubungan erat dengan AS berarti kesepakatan bisnis yang lebih baik.
Vietnam bisa mengurangi ketergantungannya dengan Tiongkok.
Di sisi lain, Vietnam mempunyai angkatan kerja muda dan berpendidikan tinggi.
Hal ini juga menumbuhkan semangat kewirausahaan sehingga sangat menarik bagi investor Amerika.
Terutama bagi mereka yang ingin memindahkan basis manufaktur mereka keluar dari Tiongkok.
Nama-nama besar termasuk Dell, Google, Microsoft dan Apple telah mengalihkan sebagian rantai pasokan mereka ke Vietnam dalam beberapa tahun terakhir.
AS juga menganggapnya sebagai pasar yang menjanjikan untuk senjata dan peralatan militer ketika Hanoi mencoba untuk "menjauhi" Moskow.
Namun Vietnam mungkin tidak melihat kemitraan barunya dengan AS sebagai sebuah pilihan bagi salah satu pihak.
Ketika perekonomian Beijing melambat, hubungan lebih dekat Hanoi dengan Washington hanya bersifat pragmatis.
"Saya berada di Amerika selama tujuh tahun dan saya tahu tentang impian Amerika dan saya mendapat kesempatan itu," kata Nguyen Huu Phuoc Nguyen, salah satu pendiri dan CEO Selex Motors via BBC.
"Namun saya pikir, saya punya mimpi yang lebih besar. Mimpi Vietnam," tuturnya.
(Tribunnews.com/Deni)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.