Kebakaran di Bromo: Mengapa api sulit dipadamkan dan seberapa parah dampaknya?
Ratusan hektar savana di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Jawa Timur terbakar akibat ulah sekelompok orang yang menyalakan…
Tapi percuma karena api keburu cepat membesar.
Selain itu mereka juga tidak langsung melapor ke tim nasional.
"Mereka menyesal. Sebenarnya pada saat kejadian mereka juga panik dan sudah berupaya, cuma tidak ada sumber air," ungkap Kasat Reskrim Polres Probolinggi, AKBP Achmad Doni Meidianto.
Pengamatan mata Sukaryo, saat ini 80% padang rumput di taman nasional sudah berubah hitam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berkata yang membuat kebakaran di sana bergerak sangat cepat karena tidak ada penghalang.
Dia mencontohkan kebakaran di lahan gambut yang masih bisa dihadang dengan bantuan parit.
Kemudian, pemadaman hanya bisa dilakukan dengan water bombing dari udara.
"Dengan kontur lahan seperti ini mustahil ada embung dan satgas darat mencapai lokasi butuh waktu lama. Yang bisa dilakukan bawa pompa jinjing," jelas Abdul Muhari dalam siaran pers di YouTube BNPB.
Cara lain adalah gebyok atau memukul-mukul api dengan anting atau dahan kering.
Kendati sistem tersebut, menurutnya agak bahaya, apalagi kalau arah angin berbalik.
Itu mengapa, kata dia, pengelola taman nasional harus menguatkan satgas api di tiap-tiap pintu masuk sehingga begitu ada kebakaran langsung dilokalisir.
Apa saja dampak kebakaran?
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani, mengatakan kebakaran yang terjadi hampir sepekan ini mengakibatkan kerugian hingga miliaran rupiah.
Nilai tersebut berasal dari ditutupnya kawasan wisata alam Gunung Bromo sejak 6 September hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Secara ekonomi, masyarakat yang bekerja di bidang wisata juga rugi karena tidak ada pengunjung yang menyewa jip.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.