Kamis, 7 Agustus 2025

Tersedak saat Makan 'Gurita Hidup', Pria di Korea Selatan Meninggal Dunia

Pria di Korea Selatan meninggal dunia setelah tersedak san-nakji, yang secara berarti gurita hidup.

Penulis: Tiara Shelavie
Tastes Seoul Good
Ilustrasi san-nakji atau gurita hidup. Pria di Korea Selatan meninggal dunia setelah tersedak san-nakji, yang secara berarti gurita hidup. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berusia 82 tahun di Korea Selatan meninggal akibat serangan jantung setelah tersedak karena memakan "gurita hidup," Independent melaporkan.

Insiden tersebut terjadi di kota selatan Gwanju pada hari Senin (23/10/2023).

Otoritas stasiun pemadam kebakaran menerima laporan tentang hidangan san-nakji yang tersangkut di tenggorokan seorang pria.

San-nakji, yang secara harfiah diterjemahkan menjadi “gurita hidup”, memiliki rasa asin.

Teksturnya lengket dan kenyal.

Menurut departemen pemadam kebakaran, ketika petugas pertolongan pertama tiba di lokasi kejadian, pria tersebut sudah mengalami serangan jantung.

Baca juga: Mengapa Gurita Bunuh Diri Setelah Bertelur? Ini Penjelasan Ilmuwan

Mereka melakukan resusitasi jantung paru (CPR), namun tidak dapat menyadarkannya.

Dia kemudian dinyatakan meninggal di rumah sakit setempat.

Istilah gurita hidup sebenarnya menyesatkan.

Gurita sudah dibunuh sebelum disajikan.

Namun, karena gurita langsung disajikan setelah dipotong-potong, tentakelnya masih bergerak-gerak.

Memakan tentakel gurita yang masih menggeliat, menimbulkan risiko keamanan.

Disarankan untuk memotongnya menjadi potongan-potongan kecil dulu dan mengunyahnya sebelum ditelan.

Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi di mana seseorang meninggal sesak napas akibat memakan hidangan tersebut.

Setidaknya tiga orang meninggal dunia karena memakan hidangan gurita hidup antara tahun 2007 dan 2012, menurut data dari Kantor Pusat Kebakaran dan Bencana Metropolitan Seoul yang dikutip oleh The Korean Herald.

Ilustrasi mukbang san-nakji atau gurita hidup
Ilustrasi mukbang san-nakji atau gurita hidup (YouTube ONHWA ASMR)

Baca juga: Cara Membuat Pir Kukus, Resep Tradisional Korea untuk Obati Batuk dan Pilek secara Alami

Hidangan ini sebelumnya menjadi berita utama di media Korea Selatan pada 2012.

Seorang pria Korea Selatan mengklaim pacarnya meninggal karena memakan san-nakji.

Namun, setelah dilakukan investigasi, terbukti dia sendiri lah yang membunuh pacarnya itu.

Netizen di media sosial menamai kasus itu sebagai "octopus murder".

Kasus Serupa

Pada bulan Juli lalu, seorang pria berusia 55 tahun dilarikan ke Rumah Sakit Tan Tock Seng Singapura setelah mengalami kesulitan menelan dan muntah setelah makan makanan yang mengandung moluska.

Dilansir indiatimes.com, dokter yang melakukan pemindaian organ dalam pasien terkejut menemukan gurita yang sudah dimakan sebagian bersarang di kerongkongannya.

Untuk mengidentifikasi penyebab penyakit pria tersebut, para dokter melakukan CT scan.

Hasil CT scan menunjukkan adanya massa padat yang tersangkut di antara kerongkongan dan perutnya.

Tim medis segera mengambil tindakan dan melakukan prosedur “esophagogastroduodenoskopi”, yaitu memasukkan selang kecil fleksibel melalui mulut pasien untuk memeriksa saluran cerna.

Ilustrasi seorang pria tersedak
Ilustrasi seorang pria tersedak (The Times of India)

Baca juga: Gurita Olahan Sulawesi Tengah Tembus Pasar Meksiko

Selama prosedur itu, dokter menemukan tentakel gurita tertancap dua inci dari batas esofagus-perut.

Awalnya, para dokter berusaha mengeluarkan tentakel gurita tersebut dengan langsung menariknya keluar dari tenggorokan pria tersebut namun tidak berhasil.

Mereka kemudian menggunakan endoskopi untuk mencapai tentakel, memutar endoskopi untuk menangkap tentakel, dan menariknya keluar.

Forceps digunakan untuk mengeluarkan kepala gurita dari tenggorokan pria tersebut.

Pasien tersebut membutuhkan waktu dua hari untuk pulih dan kemudian keluar dari rumah sakit.

Dokter di Rumah Sakit Tan Tock Seng menyebut gangguan makanan relatif umum terjadi di fasilitas mereka, terhitung 10 hingga 20 persen kasus yang memerlukan intervensi endoskopi untuk memvisualisasikan organ dalam.

Jika endoskopi gagal, pembedahan diperlukan.

Namun, mereka menekankan bahwa ketika pasien tersedak makanan, teknik "mendorong" harus digunakan, tetapi tenaga yang berlebihan harus dihindari untuk mencegah kerusakan pada dinding kerongkongan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan