Konflik Rusia Vs Ukraina
Serangan Udara Israel Tewaskan 60 Orang yang Disandera Hamas, Netanyahu Ogah Gencatan Senjata
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed Serangan udara Israel di Gaza mempersulit kemungkinan pembebasan tahanan.
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Israel tak akan berhenti membombardir Gaza, Palestina, sebelum Hamas berhasil dihancurkan.
Gencatan senjata yang diserukan publik global tak berpengaruh apapun terhadap kebijakan perang di bawah pemerintah Netanyahu.
Bahkan sekutu Amerika Serikat mendukung serangan Israel dengan klaim sebagai upaya membela diri.
Namun, kenyataannya serangan tersebut menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil.
Tak terkecauli orang Israel yang dijadikan sandera oleh Hamas.
Abu Obeida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas mengatakan 60 sandera tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
"Masih ada 23 jenazah (sandera) yang hilang di bawah reruntuhan,” kata Abu Obeida seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Menurut dia, sulit menjangkau 23 jenazah tersebut karena Israel tak berhenti membombardir Gaza.
“Sulit menjangkau jenazah mereka karena agresi brutal Gaza sedang berlangsung,” sambungnya.
Brigade Al-Qassam mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa mereka menyandera 200-250 orang, termasuk tentara dan warga sipil.
Tentara Israel mengatakan ada 242 warga Israel yang ditahan di Gaza oleh kelompok perlawanan Palestina.
Israel tak akan menghentikan serangan hingga Hamas dihancurkan hingga ke akar.
Dikutip Aljazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tegas menolak seruan gencatan senjata dengan Hamas.
Ia menegaskan bahwa gencatan senjata itu adalah bagian dari “poros kejahatan” dengan Iran.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani memperingatkan pada hari Sabtu bahwa serangan udara Israel di Gaza mempersulit kemungkinan pembebasan tahanan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.