Kisah umat Kristiani di Gaza yang berlindung dari serangan Israel di dua gereja
Hampir sebagian umat Kristiani di Gaza berlindung di dua gereja untuk menghindari serangan udara Israel. Namun tempat peribadatan…
“Tiba-tiba, dalam hitungan detik, saya menjadi seperti bulu yang terbang di udara,” kata Suheil Saba, warga Gaza yang selamat dari serangan udara setelah bersembunyi di Gereja Santo Porphyrius, 26 Oktober lalu.
“Saya terlempar dari satu tempat ke tempat lain. Beton jatuh ke tanah, orang-orang tersandung di atas saya. Saya bisa mendengar jeritan anak-anak dan perempuan,” tuturnya.
Saba adalah Sekretaris Dewan Gereja Ortodoks Arab. Dia menderita luka di kepala, punggung, dan kaki. Dia bercerita bahwa sebuah roket jatuh tepat di gedung kantor dewan gereja. Roket itu dalam sekejap menewaskan sembilan orang dari satu keluarga yang sama.
"Pengeboman itu begitu dashyat, seperti gempa bumi," kata Saba.
Bagian lain dari Gereja Santo Porphyrius masih utuh dan berfungsi. Namun Saba mencari tempat perlindungan lain, yaitu di Gereja Katolik Keluarga Kudus yang berada tidak jauh dari Gereja Santo Porphyrius.
Saba adalah satu dari ratusan anggota komunitas Kristiani yang masih bertahan di sekitar dua gereja di Jalur Gaza. Penduduk lainnya telah meninggalkan rumah mereka usai militer Israel memberikan peringatan agar warga Gaza mengevakuasi diri.
Serangan rudal
Pada 19 Oktober lalu, sebuah rudal menghantam sebuah bangunan di dalam kompleks Gereja Santo Porphyrius.
Menurut umat dan sejumlah saksi mata, kejadian itu menewaskan 17 orang dan melukai puluhan orang. Anak-anak termasuk korban dalam pengeboman tersebut.
Israel membantah menjadikan gereja itu sebagai target serangan militer mereka. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Hayat, berkata bahwa yang terjadi di gereja itu adalah imbas dari serangan militer Israel terhadap infrastruktur Hamas di sekitar rumah ibadat tersebut.
“Semuanya terjadi begitu cepat,” kata Mona, warga Gaza yang meminta BBC melindungi identitasnya.
"Itu adalah serangan rudal tanpa peringatan. Setelah serangan itu, debu tebal menyebar sehingga semua orang tidak bisa melihat apapun," ujarnya.
Cetakan foto yang memperlihatkan bayi yang baru lahir tengah tertidur nyenyak dalam sebuah sesi foto ditemukan di tengah reruntuhan. Namun BBC belum dapat memverifikasi apakah anak itu menjadi korban serangan rudal atau selamat dari bahaya.
Sejumlah foto yang beredar di media sosial belakangan ini menunjukkan prosesi baptis massal terhadap anak-anak. Para orang tua mencemaskan keselamatan anak-anak itu sehingga memilih segera membaptiskan mereka.
“Umat Kristen di Jalur Gaza tengah bersiap menghadapi skenario terburuk,” kata Munther Isaac, seorang umat Kristen di Tepi Barat.
Umat Kristen berlindung di gereja
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.