Konflik Palestina Vs Israel
Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata Sementara, Joe Biden Puji Netanyahu, Singgung soal Sandera AS
Joe Biden menyambut baik kesepakatan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah memberikan pernyataan terkait kesepakatan perjanjian gencatan senjata Israel dengan Hamas.
Joe Biden menyambut baik kesepakatan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas.
Ia berterima kasih kepada Syeikh Tamim bin Hamad Al-Thani dari Qatar dan Presiden Abdel-Fattah el-Sisi dari Mesir atas kepemimpinan dan kemitraan penting mereka dalam mencapai kesepakatan ini.
Biden juga memuji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kesepakatan itu.
“Menghargai komitmen yang dibuat oleh Perdana Menteri Netanyahu dan pemerintahannya dalam mendukung perpanjangan jeda," ujarnya, Rabu (22/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
“Saya berharap dapat berbicara dengan masing-masing pemimpin ini dan tetap berhubungan erat saat kami berupaya memastikan kesepakatan ini dilaksanakan secara keseluruhan."
“Semua aspek dari perjanjian ini harus dilaksanakan sepenuhnya,” jelas Joe Biden.
Baca juga: Peran, Posisi, dan Alasan Qatar Sering Jadi Mediator Perang Israel-Hamas
Pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih tidak mengulangi rincian spesifik kesepakatan yang telah dikeluarkan oleh Israel, Hamas, dan Qatar yang bertindak sebagai mediator.
Namun, pernyataan Joe Biden memang merujuk secara khusus pada warga AS.
“Kesepakatan hari ini harus membawa pulang sandera Amerika tambahan, dan saya tidak akan berhenti sampai mereka semua dibebaskan,” imbuh dia.
3 Warga AS akan Dibebaskan
Seorang pejabat senior AS mengatakan, sandera yang dibebaskan akan mencakup tiga orang Amerika, termasuk seorang gadis berusia tiga tahun.
Menurutnya, pembebasan sandera pertama diperkirakan terjadi pada Kamis (23/11/2023) pagi dan jumlah sandera yang dibebaskan bisa bertambah.
“Kesepakatan tersebut pada akhirnya disusun untuk memberikan insentif bagi pembebasan yang berusia di atas 50 tahun,” kata pejabat senior tersebut, Rabu, dilansir The Guardian.
Ia menambahkan, perjanjian itu sekarang disusun untuk perempuan dan anak-anak pada tahap pertama, tetapi dengan harapan untuk pembebasan lebih lanjut.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata 4 Hari, Hamas Tukar 50 Sandera dengan Pembebasan 150 Warga Palestina

Perjanjian Pembebasan Sandera
Israel dan Hamas telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata sementara yang akan memungkinkan pembebasan sekitar 50 orang yang ditawan di Gaza sejak Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Namun, dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Kabinet Israel mendukung perjanjian tersebut setelah pembicaraan mengenai perjanjian yang dimediasi Qatar berlanjut hingga Rabu dini hari.
Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan, kesepakatan itu mengharuskan Hamas membebaskan sedikitnya 50 perempuan dan anak-anak selama gencatan senjata empat hari.
Baca juga: Kamu Harus Tahu, Siapa Houthi Yaman dan Mengapa Bajak Kapal Israel?
Untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan, jeda akan diperpanjang satu hari, katanya, tanpa menyebutkan pembebasan tahanan Palestina sebagai imbalannya.
“Pemerintah Israel berkomitmen untuk memulangkan semua sandera."
"Malam ini, mereka menyetujui kesepakatan yang diusulkan sebagai tahap pertama untuk mencapai tujuan ini,” katanya dalam pernyataan singkatnya, Rabu, dilansir Al Jazeera.
Hamas juga mengeluarkan pernyataan yang membenarkan bahwa 50 perempuan dan anak-anak yang ditahan di wilayah tersebut akan dibebaskan dengan imbalan Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel.
Israel juga akan menghentikan semua tindakan militer di Gaza dan ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar akan diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
Baca juga: Staf WHO Bersama Anak dan Suami Tewas Dibom Israel Saat Mengungsi ke Gaza Selatan

Perjanjian tersebut merupakan gencatan senjata pertama dalam perang di mana Israel telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang.
Para pejabat Palestina mengatakan 14.100 orang telah terbunuh.
Sementara, PBB mengatakan sekitar 1,7 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Di Israel, jumlah resmi korban tewas akibat serangan Hamas mencapai sekitar 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.