Kamis, 28 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Menerka Fobia Israel, Ada Peran Emak-emak Palestina yang Dianggap sebagai Ancaman

Ketakutan Israel terhadap orang-orang Palestina bukan hanya bersifat fisik atau materi, namun juga bersifat eksistensial.

Editor: Willem Jonata
FADEL SENNA / AFP
Seorang tahanan Palestina memeluk ibunya setelah dibebaskan dari penjara Israel dengan imbalan sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas dari Jalur Gaza, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada 26 November 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Roda Musa Abdelkader Abu Agamiya, 46, wanita Palestina yang dibebaskan dalam pertukaran sandera, menyerukan dukungan pada Hamas untuk melancarkan teror lebih banyak lagi terhadap Israel.

Di tengah kerumunan orang dan sorotan kamera awak media, Abu Agamiya juga meneriakkan slogan-slogan pro-Hamas dan merayakan serangan berdarah terhadap warga sipil Israel pada 7 Oktober lalu.

Seruan itu diikuti banyak orang di sekelilingnya sambil bertepuk tangan penuh semangat.

Agamiya dibebaskan setelah enam bulan di penjara Israel atas tuduhan melakukan kontak dengan organisasi musuh.

Ia tinggal secara ilegal dan dituduh melakukan berbagai pelanggaran keamanan negara.

"Kami adalah pedang Mohamed Deif," seru Agamiya diiringi tangis seperti dikutip The Sun.

Mohamed Deif adalah komandan brigade al-Qassam, sayap militer Hamas. Dia diyakini telah memerintahkan serangan pada 7 Oktober.

Deif telah menghabiskan waktu puluhan tahun bersembunyi di bawah jalan-jalan (terowongan) Gaza dan tetap menjadi “hantu” yang tidak akan pernah bisa dibunuh oleh Israel.

Kebencian Abu Agamiya terhadap Israel bukan perasaan yang asing buat orang Palestina.

Marwan Bishara, seorang analis politik senior Al Jazeera, dalam kolomnya menyebut orang-orang Palestina punya banyak alasan untuk membenci Israel.

Sebab, Israel adalah negara apartheid kolonial yang didirikan di atas reruntuhan tanah air mereka.

Israel secara sadis dan sistematis telah meneror, memblokade dan memenjarakan mereka setelah mengambil kendali atas kehidupan dan penghidupan mereka, serta mengabaikan hak-hak dasar dan kebebasan mereka.

Baca juga: Apa yang diketahui soal jeda pertempuran Israel-Hamas yang diperpanjang di Gaza?

Dor Shachar, orang Gaza dengan nama lahir Ayman Abu Suboh, kini tinggal di Rishon Lezion, Israel, sekira 30 km dari Tel Aviv dan di utara Rehobot, mengungkap bagaimana ia tumbuh dan dididik untuk membenci Israel.

Shachar teringat kakeknya pernah memberi nasihat saat dia kecil.

Tahanan Palestina bersorak di antara para pendukungnya setelah dibebaskan dari penjara Israel dengan imbalan sandera yang dibebaskan oleh Hamas dari Jalur Gaza, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada awal 26 November 2023. Layanan penjara Israel mengatakan 39 tahanan Palestina dibebaskan pada 26 November. 2023 berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Pengumuman itu muncul setelah 13 sandera Israel dibebaskan di wilayah Palestina berdasarkan kesepakatan tersebut, bersama dengan tiga warga Thailand dan seorang warga negara ganda Rusia-Israel.
Tahanan Palestina bersorak di antara para pendukungnya setelah dibebaskan dari penjara Israel dengan imbalan sandera yang dibebaskan oleh Hamas dari Jalur Gaza, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada awal 26 November 2023. Layanan penjara Israel mengatakan 39 tahanan Palestina dibebaskan pada 26 November. 2023 berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Pengumuman itu muncul setelah 13 sandera Israel dibebaskan di wilayah Palestina berdasarkan kesepakatan tersebut, bersama dengan tiga warga Thailand dan seorang warga negara ganda Rusia-Israel. (Kenzo TRIBOUILLARD / AFP)

"Kalau besar nanti, (kata kakek) saya harus membunuh orang Yahudi dan merebut kembali Jaffa karena itu adalah warisan kami," ucapnya dalam sebuah wawancara dengan Maariv seperti dikutip Jerusalem Post.

Di masa kanak-kanak, ia juga kena damprat oleh ayahnya karena menerima permen dari seorang tentara Israel dan memakannya.

"Karena rasanya enak, saya membawa pulang bungkusnya dan menunjukkannya kepada ayah saya, karena saya ingin dia membelikan saya permen seperti itu."

"Ayah saya bertanya dari mana saya mendapatkan bungkus permen ini. Saya katakan kepadanya bahwa saya mendapatkannya dari orang Yahudi, dari tentara."

"Dia (ayah saya) bangkit, dan dalam kemarahannya, dia memperingatkan saya untuk tidak mengambil apa pun dari mereka lain kali karena tentara bisa meracuni saya."

Ayahnya juga mendukung segala upaya untuk membunuh orang-orang Israel.

Di sekolah juga begitu. Shachar mengatakan gurunya menyebut orang Yahudi adalah pembunuh anak-anak, pria, wanita, dan orang tua.

"Mereka bilang, orang-orang Yahudi merampas tanah kakekmu, dan kamu akan memperjuangkannya, dan siapa pun yang mati akan menjadi syahid dan masuk surga," kenang pria yang memutuskan pindah agama menganut Yudaisme.

Itulah kenapa di masa Intifada kedua, gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina, tak sedikit orang Israel terbunuh.

Warga Palestina yang membawa beberapa barang berjalan di tengah reruntuhan bangunan yang hancur di Kota Gaza di jalur Gaza utara setelah berminggu-minggu pemboman Israel, ketika gencatan senjata empat hari mulai berlaku pada 24 November 2023.
Warga Palestina yang membawa beberapa barang berjalan di tengah reruntuhan bangunan yang hancur di Kota Gaza di jalur Gaza utara setelah berminggu-minggu pemboman Israel, ketika gencatan senjata empat hari mulai berlaku pada 24 November 2023. (AFP)

Menurut Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme, 887 dari 1.137 warga sipil Israel tewas dalam serangan kurun September 2000 hingga 2005.

Sementara yang luka tercatat 8.341 terluka selama periode tersebut, termasuk 5.676 warga sipil dan 2.665 personel pasukan keamanan.

Mayoritas korban disebabkan bom bunuh diri, meskipun warga Israel juga terbunuh oleh bom yang ditanam (ranjau), penembakan, rajam, penikaman, hukuman mati tanpa pengadilan, roket, dan metode serangan lainnya.

Meski mungkin bukan jawaban yang tepat, Marwan Bishara seorang analis politik Al Jazeera, dalam kolomnya menulis bahwa itu bisa jadi alasan Israel membenci Palestina.

Israel membenci kekerasan dan teror Palestina yang telah menyentuh banyak warga Israel.

Namun, menurut dia, itu tidak ada apa-apanya dibanding kekerasan besar-besaran dan teror negara yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina, yang melancarkan perang penuh dendam dan bersifat preventif, seperti yang terjadi pada akhir pekan lalu.

Ia melanjutkan kebencian Israel terhadap Palestina dibentuk dan didorong oleh tiga sentimen dasar: ketakutan, iri hati, dan kemarahan. Ketakutan adalah faktor utama, bisa jadi tidak rasional namun juga berperan.

Tidak mengherankan jika Israel yang meskipun memiliki kekuatan militer memadai, terus merasa takut terhadap Palestina setelah mereka menduduki seluruh tanah mereka.

Ketakutan Israel terhadap orang-orang Palestina bukan hanya bersifat fisik atau materi, namun juga bersifat eksistensial.

Israel pada dasarnya meninggalkan Gaza karena rasa takut pada tahun 2005. Israel menerapkan blokade tidak manusiawi terhadap dua juta orang, sebagian besar pengungsi, yang tinggal di sana.

Israel takut akan hal-hal berkaitan dengan ketabahan Palestina, persatuan Palestina, demokrasi Palestina, puisi Palestina, dan semua simbol nasional Palestina, termasuk bahasa dan benderanya. Dan karenanya, Israel membuat larangan.

Israel terutama takut terhadap ibu-ibu Palestina yang melahirkan bayi, yang mereka sebut sebagai “ancaman demografis”.

Ketakutan itu ditambah dengan analisis seorang sejarawan yang memperingatkan 12 tahun lalu, bahwa demografi adalah ancaman terhadap kelangsungan hidup negara Yahudi seperti halnya Iran yang memiliki nuklir, karena dalam pandangannya, warga Palestina bisa menjadi mayoritas pada tahun 2040-2050.

Hanin Barghouti (tengah) seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel berbicara setelah dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia di Tepi Barat yang diduduki pada 24 November 2023. Setelah 48 hari tembakan dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP)
Hanin Barghouti (tengah) seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel berbicara setelah dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia di Tepi Barat yang diduduki pada 24 November 2023. Setelah 48 hari tembakan dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) (AFP/AHMAD GHARABLI)

Mungkinkah itu gambaran dari tujuan serangan tujuh pekan yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza, lebih dari 14 ribu orang tewas, mayoritas anak-anak dan perempuan Palestina?

Yang jelas, dengan kebencian yang sudah tertanam sangat kuat di kedua pihak, Shachar pesimis perdamaian antara Israel dan Palestina bisa terjadi di masa depan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan