Selasa, 9 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Krisis Personel Memburuk, Rusia Memperketat Kontrol Perbatasan Terhadap Pria Wajib Militer 

Pengetatan kontrol terhadap para pria wajib militer ini dilakukan Rusia dengan memberikan akses langsung kepada FSB

TANGKAP LAYAR/TWITTER/KREDIT FOTO GETTY
WAJIB MILITER - Foto ilustrasi menunjukkan para pria sedang direkrut dalam program wajib militer di Moskow, Rusia untuk perang di Ukraina pada 6 Oktober 2022. Seorang mantan pejabat Rusia berbicara tentang kehidupan barunya di AS setelah pergi untuk menghindari wajib militer. 

Krisis Personel Memburuk, Rusia Memperketat Kontrol Perbatasan terhadap Pria Wajib Militer 

TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Rusia dilaporkan memperluas upaya untuk mencegah pria yang wajib militer meninggalkan negara tersebut.

Pengetatan kontrol terhadap para pria wajib militer ini dilakukan Rusia dengan memberikan akses langsung kepada dinas keamanan nasional (FSB) terhadap data pendaftaran militer, termasuk panggilan wajib militer elektronik, saluran berita Telegram pro-Kremlin, Mash, melaporkan Rabu (23/7/2025).

"Pria yang menjalani wajib militer kini menghadapi pengawasan ketat di bandara dan titik penyeberangan perbatasan darat, demikian laporan Mash, yang diyakini terafiliasi dengan FSB, badan keamanan setara FBI-nya Amerika Serikat.

Baca juga: Ukraina Cetak Rekor Serangan Drone ke Rusia: Bandara-Bandara Ditutup, 140 Penerbangan Dibatalkan

Krisis Personel Memburuk

Pengetatan pengawasan terhadap para wajib militer ini diyakini karena Rusia mengalami perburukan krisis personel atas perang melawan Ukraina yang kini sudah memasuki tahun ketiga.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022, jumlah tentara Rusia yang tewas telah mencapai angka yang sangat besar.

Menurut data dari Angkatan Bersenjata Ukraina dan beberapa lembaga intelijen Barat, hingga pertengahan 2025 diperkirakan sekitar 250.000 tentara Rusia telah tewas dalam konflik ini.

Jumlah ini mencakup prajurit reguler, pasukan cadangan, dan warga sipil yang direkrut sebagai tentara. Selain itu, total korban militer Rusia—termasuk yang luka-luka—diperkirakan mencapai 750.000 hingga 900.000 orang.

Strategi militer Rusia yang dikenal sebagai “penggiling daging”—mengirimkan gelombang tentara ke garis depan tanpa perlindungan memadai—telah menyebabkan tingginya angka kematian.

Banyak dari mereka adalah warga sipil yang direkrut secara paksa atau tahanan yang dijanjikan pengampunan.

Taktik ini, meski efektif dalam menguras sumber daya Ukraina, juga menimbulkan kerugian besar di pihak Rusia.

Bahkan, lebih dari setengah armada tank aktif Rusia sebelum perang dilaporkan telah hancur di medan tempur.

Meski mengalami kerugian besar, Rusia belum menunjukkan tanda-tanda menyerah.

Negara itu justru beradaptasi dengan membentuk “ekonomi perang total,” mengalihkan industri sipil ke sektor militer dan memperkuat aliansi dengan negara-negara seperti Tiongkok dan Iran.

Propaganda domestik dan kontrol informasi yang ketat juga membantu menjaga stabilitas sosial internal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan