Sabtu, 13 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Media Israel Sebut IDF Buat Kabar Hoaks soal Puluhan Bayi Dipenggal Hamas

IDF disebut oleh media Israel menyebar kabar hoax soal Hamas memenggal bayi-bayi. Kabar bohong lainnya juga dikatakan Benjamin Netanyahu.

Editor: Daryono
AFP
KE LUAR GAZA - Para tentara Israel (IDF) saat ke luar dari Gaza melalui pagar pembatas perbatasan, 24 Novemver 2023. IDF disebut oleh media Israel menyebar kabar hoax soal Hamas memenggal bayi-bayi. Kabar bohong lainnya juga dikatakan Benjamin Netanyahu. 

TRIBUNNEWS.COM - Media ternama Israel, Haaretz menyebut bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebarkan kabar bohong atau hoaks soal adanya pemenggalan terhadap bayi-bayi oleh Hamas akibat serangan pada 7 Oktober 2023 lalu.

Dikutip dari Middle East Eye, awalnya Haaretz mengidentifikasi soal laporan yang tidak terverifikasi dan tidak akurat terkait adanya serangan mendadak dari Hamas.

Alhasil, Haaretz pun melakukan kroscek dengan sejumlah laporan dari militer Israel.

Salah satu laporan yang di-kroscek adalah terkait adanya pemberitaan kematian anak-anak dan bayi.

Pada saat serangan Hamas dilancarkan pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel menyebut ada 1.200 warga Israel yang terbunuh.

Namun, lantaran tidak ada daftar resmi dari Pemerintah Israel terkait jumlah korban akibat serangan itu, Haaretz justru yang memperolehnya.

Baca juga: Rumah Imam Besar Masjid Al Aqsa Sheikh Sabri Mau Dibongkar Israel: Dianggap Bangunan Ilegal

Berdasarkan daftar korban yang telah terkonfirmasi tersebut, ada 30 anak-anak yang dinyatakan tewas.

Hanya saja, menurut laporan Haaretz itu, daftar korban tewas belum lengkap karena pemeriksaan forensik masih terus dilakukan.

Kemudian, beberapa hari setelah serangan Hamas atas Israel, saluran berita Israel i24, memberitakan adanya 40 bayi yang dipenggal Hamas.

Sontak, pemberitaan itu menjadi sorotan dunia.

Tak sampai disitu, banjir informasi terkait kekejaman Hamas terhadap anak-anak dan bayi terus bermunculan meski belum terkonfirmasi kebenarannya.

Termasuk adanya laporan dari Kepala Dinas Pencarian dan Penyelamatan IDF, Golan Vach yang mengklaim melihat mayat-mayat bayi dibakar.

Kemudian, pada pekan lalu, seorang reporter Israel membagikan sebuah wawancara dengan seorang tentara dan mengklaim bahwa 'bayi-bayi dan anak-anak digantung di tali jemuran secara berurutan'.

Terkait informasi dan klaim ini, Haaretz menegaskan tuduhan itu tidaklah benar.

Juru bicara IDF mengungkapkan bahwa tetara yang memberikan pernyataan itu merupakan tentara cadangan yang tak memiliki kapasitas resmi untuk berbicara ke publik.

Haaretz mengungkapkan militer Israel pun turut membantah klaim tersebut.

Sementara berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari Institut Asuransi Nasional Israel, petugas polisi, dan pemimpin Kibbutzim menunjukkan satu bayi telah teridentifikasi di antara mereka yang tewas sejauh ini.

Hanya saja, proses identifikasi belum selesai dan terus berlanjut.

Adapun mayoritas anak-anak yang tewas berusia 12-17 tahun dan beberapa diantaranya tewas akibat serangan roket.

PM Israel juga Sampaikan Klaim Palsu soal Anak-anak Diikat dan Dibakar

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (BRENDAN SMIALOWSKI/AFP)

Terkait kesaksian Vach, IDF menyebut yang bersangkutan salah bicara.

Menurt mereka, Vach ingin menyampaikan kata anak-anak tetapi yang disampaikan justru bayi.

Selain itu, Haaretz juga menyebut klaim Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu soal adanya anak-anak yang diikat hingga dibakar dan dieksekusi adalah tidak benar.

Bahkan klaim palsunya itu disampaikan saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden.

Menurut Haaretz, tak ada bukti yang memperlihatkan sekelompok anak ditemukan tewas di lokasi yang sama seperti yang disampaikan Netanyahu.

Beberapa temuan yang tidak akurat terkait kematian anak-anak atau bayi juga ditemukan Haaretz seperti dari presiden organisasi sukarelawan layanan medis darurat Hatzalah Israel, Eli Beer.

Dalam pernyataannya, Beer menyebut ada satu bayi Israel ditemukan terpanggang di oven.

Namun, berdasarkan temuan dari United Hatzalah, pernyataaan Beer itu diketahui dari klaim seorang sukarelawan yang mengira melihat bayi di dalam oven.

Kemudian, laporan lain yang belum terkonfirmasi kebenarannya berasal dari kelompok relawan, Zaka terkait informasi usia dan lokasi korban tewas.

Baca juga: Israel akan Buru Hamas di Luar Negeri, Shin Bet Siap Ulangi Operasi Munich

Menurut salah satu anggota Zaka, dia melihat 20 jenazah remaja dibakar di Kfar Aza dan ada kejadian serupa yang dialami 20 remaja lainnya di Be'eri.

Ternyata, berdasarkan temuan Haaretz, angka tersebut tidak sesuai dengan rincian jumlah anak yang dibunuh di kawasan tersebut.

Haaretz mengatakan dua anak berusia 14 dan 16 tahun telah diidentifikasi di antara mereka yang tewas di Kfar Aza sejauh ini.

Sementara di Be'eri, ada sembilan anak di bawah umur terbunuh.

Namun kesembilan anak tersebut terbunuh hingga tewas di rumahnya bersama keluarga.

Relawan ini juga sempat mengaku melihat jenazah ibu hamil yang tertembak di Be'eri dengan perut koyak dan janin menempel di tubuhnya.

Seorang wanita menggendong seorang anak berduka atas kematian bayi perempuannya dalam serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, saat dia menunggu untuk menerima jenazah untuk dimakamkan di halaman rumah sakit al-Najjar pada 1 Desember 2023, setelah pertempuran kembali terjadi antara Israel dan gerakan Hamas. Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada tanggal 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan operasi tempur telah dilanjutkan, menuduh Hamas melanggar jeda operasional. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)
Seorang wanita menggendong seorang anak berduka atas kematian bayi perempuannya dalam serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, saat dia menunggu untuk menerima jenazah untuk dimakamkan di halaman rumah sakit al-Najjar pada 1 Desember 2023, setelah pertempuran kembali terjadi antara Israel dan gerakan Hamas. Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada tanggal 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan operasi tempur telah dilanjutkan, menuduh Hamas melanggar jeda operasional. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)

Selain itu, mereka juga mengaku melihat dua anak berumur enam dan tujuh tahun tewas di samping ibu hamil itu.

Haaretz pun menemukan bahwa di antara 87 orang tewas di Be'eri tidak ada anak-anak berusia enam dan tujuh tahun.

Pengakuan adanya ibu hamil yang ditembak itu pun turut diragukan warga Be'eri.

Baca juga: Inggris Bantu Israel, Hamas: Memalukan, Mereka Harusnya Tebus Deklarasi Balfour 1917 di Palestina

Pihak polisi juga mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut.

Kemudian, pihak Zaka pun mengklarifikasi dan menyebut relawannya itu kemungkinan salah menafsirkan soal kejadian yang dilihat.

"Para sukarelawan bukanlah ahli patologi dan tak punya alat profesional untuk mengidentifikasi orang yang tewas dan usia mereka, atau untuk menyatakan cara mereka tewas," demikian klarifikasi Zaka.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan