Jumat, 8 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

IDF Salah Tebak, Teriakan Sandera Dianggap Tipuan Hamas, Berakhir Tembak 3 Warga Israel

Pasukan IDF salah menebak teriakan sandera dalam bahasa Ibrani sebagai tipuan Hamas untuk menjebak mereka.

JACK GUEZ / AFP
Tentara Israel duduk di kendaraan tempur infanteri yang dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza dan Israel selatan pada 27 Desember 2023 di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. - Pasukan IDF salah menebak teriakan sandera dalam bahasa Ibrani sebagai tipuan Hamas untuk menjebak mereka. 

TRIBUNNEWS.com - Penyelidikan militer Israel yang diterbitkan pada Kamis (28/12/2023), menemukan fakta bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ternyata mengabaikan teriakan minta tolong ketiga sandera yang ditembak secara tidak sengaja pada 15 Desember 2023 lalu.

Anggota IDF sebenarnya mendengarkan teriakan ketiga sandera yang merupakan warga Israel itu, dalam bahasa Ibrani pada 10 Desember 2023.

Tapi, IDF salah menebak, mengiranya sebagai "upaya penipuan" oleh Hamas untuk menjebak mereka ke dalam gedung di distrik Shejaiya di Gaza, kata penyelidikan itu, dikutip dari AFP.

Merasa yakin gedung itu dilengkapi bahan peledak, anggota IDF keluar dari persembunyian dan membunuh lima militan Hamas yang mencoba kabur.

Ketiga sandera kemungkinan juga melarikan diri dari gedung itu.

Baca juga: Israel Curi Organ Tubuh dari 80 Jenazah Warga Palestina, Mutilasi Jasad sebelum Dikembalikan

Tapi, pada 15 Desember 2023, mereka ditembak karena anggota IDF salah mengidentifikasi korban sebagai ancaman, tambah penyelidikan itu.

Saat insiden salah tembak itu, dua sandera tewas seketika.

Sementara, sandera ketiga melarikan diri dan anggota IDF diperintahkan menahan tembakan untuk mengidentifikasinya, ujar penyelidikan.

Komandan IDF sempat meminta sandera yang masih hidup untuk mendekat ke arah pasukan setelah mendengarnya teriak "tolong!" dan "mereka menembaki saya."

Nahas, dua anggota IDF "yang tidak mendengar perintah" karena "kebisingan" tank di dekat mereka, menembak sandera itu hingga tewas.

Ketiga sandera semuanya bertelanjang dada dan salah satunya membawa bendera putih.

Sehari sebelum ketiga sandera itu tewas, yaitu pada 14 Desember 2023, drone Israel mengidentifikasi tanda-tanda "SOS" dan "bantuan, tiga sandera" di sebuah gedung dekat tempat para korban ditembak.

Anggota IDF "gagal dalam misinya menyelamatkan para sandera sebelum peristiwa ini," kata Panglima Militer Israel, Hezi Halevi, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan bersama laporan penyelidikan.

"(Salah tembak) ketiga korban jiwa itu seharusnya bisa dicegah," tambah dia.

Belakangan, ketiga sandera itu teridentifikasi sebagai warga Israel, masing-masing bernama Yotam Haim, Alon Shamriz, dan Samer Talalka.

Ketiganya diculik pada 7 Oktober 2023, saat Hamas menyerang perbatasan Israel.

Haim, yang juga drummer band metal, diculik oleh Hamas di Kfar Aza.

Sementara itu, Alon Shamriz, yang merupakan mahasiswa Teknik Komputer, juga diculik dari rumahnya di kawasan Kfar Aza.

Baca juga: Sosok Yotam Haim, Sandera Hamas yang Tewas Ditembak Tentara Israel, Drummer Band Metal

Lalu, Samer Talalka, yang berencana menikah pada musim panas mendatang, diculik di Nir Am, wilayah tempatnya bekerja.

Pembunuhan ketiga sandera itu telah memicu protes di Tel Aviv.

Para demonstran menuntut pihak berwenang membuat rencana baru untuk memulangkan 129 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

Kronologi IDF Tembak 3 Sandera Hamas

(dari kiri ke kanan) Alon Shamriz, Samer Talalka dan Yotam Haim. Mereka adalah tiga warga Israel yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang ditembak oleh IDF di Shujaiya di Kota Gaza pada Jumat (15/12/2023) karena dikira anggota Hamas.
(dari kiri ke kanan) Alon Shamriz, Samer Talalka dan Yotam Haim. Mereka adalah tiga warga Israel yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang ditembak oleh IDF di Shujaiya di Kota Gaza pada Jumat (15/12/2023) karena dikira anggota Hamas. (X)

Sebelumnya, seorang pejabat militer Israel menuturkan penembakan terhadap Haim dan dua sandera lainnya terjadi saat mereka muncul dalam jarak puluhan meter dari pasukan Israel di daerah Shejaiya.

Mereka, menurut pejabat militer Israel, muncul dalam kondisi tanpa baju dan mengibarkan kain putih.

Namun, tentara Israel salah mengira ketiga sandera itu sebagai anggota Hamas.

"Mereka semua tanpa baju dan ada tongkat yang di atasnya ada kain putih. Tentara kami merasa terancam dan melepaskan tembakan."

"Dia (tentara Israel yang menembak) menyatakan mereka teroris (anggota Hamas), mereka pun melepaskan tembakan, dua orang tewas seketika," kata pejabat itu, dilansir Al Arabiya.

Sandera ketiga terluka dan mundur ke gedung terdekat di mana dia meminta bantuan dalam bahasa Ibrani, lanjut pejabat tersebut.

"Komandan batalion segera melaporkan perintah gencatan senjata, tapi lagi-lagi tembakan mengarah ke sandera ketiga dan dia pun tewas," terang pejabat militer Israel.

Netanyahu Hadapi Amukan Rakyat Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 17 Desember 2023.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 17 Desember 2023. (Menahem KAHANA / POOL / AFP)

Buntut salah tembaknya tiga sandera Hamas, yang juga merupakan warga Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi amukan dari rakyatnya sehari setelah insiden terjadi, Sabtu (16/12/2023).

Mereka menuntut Netanyahu untuk menjamin kebebasan para sandera setelah mengakui secara keliru membunuh Yotam Haim, Alon Shamriz, dan Samer Talalka.

Baca juga: Remaja Israel Dipenjara karena Tolak Perang Lawan Hamas di Gaza, Kritik IDF yang Bunuh Sandera

Diketahui, ketiganya termasuk di antara sekitar 250 orang yang disandera di Gaza selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Pada protes yang berlangsung di Tel Aviv, keluarga para sandera berkumpul, mendesak pemerintah untuk melakukan negoisasi.

"Pertimbangkan kami dan buatlah rencana sekarang (untuk negosiasi)," kata Noam Perry, putri seorang sandera bernaam Haim Perry, masih dilansir Al Arabiya.

Sementara itu, menanggapi protes tersebut, Netanyahu mengaku berduka atas kematian tiga warganya.

"Itu menghancurkan hati saya. Itu menghancukan hati seluruh bangsa," katanya di hadapan wartawan, Sabtu.

"Dengan segala kesedihan yang mendalam, saya ingin mengklarifikasi, tekanan militer diperlukan, baik untuk kembalinya para sandera maupun mencapai kemenangan atas musuh kita," tambah dia.

Israel Rugi Besar

Tentara Israel digambarkan di desa Palestina Kafr Dan di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki, pada 2 Januari 2023, selama operasi untuk menghancurkan rumah dua warga Palestina yang dituduh membunuh seorang tentara Israel.
Tentara Israel digambarkan di desa Palestina Kafr Dan di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki, pada 2 Januari 2023, selama operasi untuk menghancurkan rumah dua warga Palestina yang dituduh membunuh seorang tentara Israel. (JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Pada Minggu (24/12/2023), Benjamin Netanyahu mengakui Israel mengalami rugi besar dalam beberapa waktu terakhir.

Jumlah anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tewas di tangan Hamas semakin meningkat.

"Ini adalah pagi yang sulit, setelah hari yang sangat sulit dalam pertempuran di Gaza," kata Netanyahu, Minggu, setelah IDF mengumumkan kematian 14 tentaranya di Gaza sejak Jumat (22/12/2023).

"Perang ini memerlukan pengorbanan yang sangat besar, tapi kami tidak punya pilihan lain selain terus berjuang," tambah dia.

Netanyahu pun bersumpah Israel akan meneruskan serangannya di Gaza sampai meraih kemenangan dengan menghancurkan Hamas.

"Kami melanjutkan serangan dengan kekuatan penuh sampai akhir, sampai (meraih) kemenangan, sampai mencapai semua tujuan kami, yaitu menghancurkan Hamas, memulangkan para sandera, dan memastikan Gaza tidak akan lagi menjadi ancaman bagi Israel," tutur dia.

Baca juga: PBB Minta Israel untuk Stop Pembunuhan di Luar Hukum di West Bank

Netanyahu juga menambahkan, "Ini akan menjadi perang yang panjang sampai Hamas dilenyapkan."

Sejak serangan darat Israel dimulai pada tanggal 27 Oktober 2023, IDF telah kehilangan 153 tentara di wilayah Palestina.

Jumlah itu termasuk 10 tentara pada Sabtu (23/12/2023), menjadikannya salah satu hari paling mematikan bagi IDF, yang juga menghadapi militan Hizbullah di perbatasan utara dengan Lebanon.

Selama rapat kabinet mingguan, Netanyahu juga menampik laporan Amerika Serikat (AS) telah meyakinkan Israel untuk tidak memperluas aktivitas militernya

“Saya telah melihat publikasi palsu yang mengklaim bahwa AS telah mencegah dan menghalangi kami melakukan operasi operasional di wilayah tersebut,” kata Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai laporan tersebut.

"Ini tidak benar. Israel adalah negara berdaulat."

"Keputusan kami dalam perang didasarkan pada pertimbangan operasional kami, dan saya tidak akan menjelaskannya lebih lanjut.”

The Wall Street Journal pada Sabtu, melaporkan Netanyahu dibujuk oleh Presiden AS, Joe Biden, untuk tidak menyerang kelompok militan Hizbullah di Lebanon.

Alasannya, AS khawatir Hizbullah akan melancarkan serangan terhadap Israel, mirip amukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Netanyahu bersikeras pada Minggu, tindakan Israel “tidak ditentukan oleh tekanan eksternal.”

“Keputusan mengenai bagaimana menggunakan pasukan kami adalah keputusan independen IDF dan bukan keputusan pihak lain,” pungkas dia.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan