Sabtu, 4 Oktober 2025

Kerusuhan dan penjarahan di Papua Nugini, pemerintah umumkan 'keadaan darurat' - Apa penyebab kerusuhan yang menewaskan 15 orang?

Kerusuhan ini pecah setelah polisi dan pegawai di sektor publik lainnya melancarkan aksi mogok di luar parlemen pada Rabu (10/01).…

zoom-inlihat foto Kerusuhan dan penjarahan di Papua Nugini, pemerintah umumkan 'keadaan darurat' - Apa penyebab kerusuhan yang menewaskan 15 orang?
BBC Indonesia
Kerusuhan dan penjarahan di Papua Nugini, pemerintah umumkan 'keadaan darurat' - Apa penyebab kerusuhan yang menewaskan 15 orang?

Pada Rabu (10/01) malam, sebagian besar aksi kekerasan telah menurun eskalasinya.

Bagaimanapun, Pemerintah Papua Nugini mengatakan pemotongan gaji tersebut merupakan akibat dari kesalahan yang tidak disengaja, dan telah berjanji untuk segera memperbaikinya.

“Saya ingin mengapresiasi Anda semua hari ini,” kata Menteri Keamanan Dalam Negeri, Peter Tsiamalili dalam pernyataannya di hadapan pengunjuk rasa sebelum kerusuhan terjadi.

“Saya hanya ingin sekali lagi meyakinkan bahwa saya ada di sini untuk memastikan kesejahteraan Anda terpenuhi,” katanya, seperti dikutip Kantor berita AFP.

Apa reaksi pemerintah Australia?

Kemudian pada Kamis (11/01), Australia, negara tetangga dan mitra keamanan utama Papua Nugini, mendesak adanya ketenangan di negara tersebut.

Marape, yang bertemu dengan pemimpin Australia bulan lalu, belum meminta bantuan kehadiran pasukan penjaga perdamaian dari negara itu.

Di tengah kemerosotan ekonomi di negaranya yang menyebabkan tingkat inflasi dan angka pengangguran ringgi, Marape menghadapi tekanan yang semakin besar. Pihak oposisi telah berupaya mengajukan mosi tidak percaya padanya.

Sejumlah analis mengatakan ketidakpuasan di masyarakat telah menyebabkan kerusuhan pada Rabu kemarin.

"Peristiwa yang terjadi hari ini di Port Moresby merupakan perwujudan dan ungkapan penderitaan ekonomi serta sosial yang dialami polisi, militer, dan pegawai publik lainnya di Papua Nugini. Serta seluruh pekerja dan masyarakat pada umumnya," ujar analis PNG Think Tank, Samson Komati kepada Australian Broadcasting Corporation.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved