Konflik Palestina Vs Israel
Drone AS dan Inggris Berkeliaran di Hodeidah Targetkan Pangkalan AL Yaman, Houthi Perketat Penjagaan
Houthi memperketat penjagaannya di sekitar Hodeidah setelah drone AS dan Inggris berkeliaran cukup lama.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.com - Seorang pejabat Houthi, Ali Ahmed Kashar, melaporkan drone mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Inggris berkeliaran di Hodeidah, kota pelabuhan strategis Yaman.
Dalam pernyataannya, Sabtu (13/1/2024), Kashar mengatakan drone itu berkeliaran di atas langit Hodeidah dalam waktu yang lama.
Kehadiran drone ini bertepatan dengan laporan dari media lokal mengenai koalisi pimpinan AS yang menargetkan pangkalan Angkatan Laut (AL) Yaman di dekat pelabuhan Hodeidah.
Dikutip dari BNN, dugaan penyerangan itu ditandai dengan ledakan keras yang kemudian disusul bunyi sirene ambulans.
Meski demikian, Kashar tidak mengomentari laporan itu.
Sementara itu, pasukan Houthi memperketat penjagaan mereka di wilayah Hodeidah.
Mereka menggunakan pangkalan Ras Kutheb untuk melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di wilayah maritim.
Sebelumnya, AS dilaporkan telah melancarkan serangkaian serangan terhadpa fasilitas-fasilitas Houthi di Yaman.
Fasilitas-fasilitas itu termasuk lokasi radar dan lokasi lain yang terkait dengan serangan drone dan rudal terhadap kapal komersial.
Selain itu, AS telah melancarkan lebih dari 150 amunisi berpemandu presisi, termasuk rudal Tomahawk, ke fasilitas Houthi lainnya.
Presiden AS, Joe Biden, menyebut serangan itu sebagai sebuah "kesuksesan".
Baca juga: Usai AS Serang Yaman, CENTCOM Umumkan 2 Pasukan AL Amerika Hilang: Operasi Pencarian Berlangsung
Ia memperingatkan Houthi untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika terus melanjutkan "perilaku keterlaluan" mereka.
Para pejabat As yakin serangan itu telah melemahkan Houthi untuk melancarkan serangan skala besar dan bersiap menghadapi potensi pembalasan.
Inggris Siapkan Serangan Lanjutan
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, menyatakan kesiapannya untuk melakukan serangan militer lebih lanjut terhadap sasaran Houthi di Laut Merah.
Pernyataan ini disampaikan menyusul serangan baru-baru ini yang dilakukan AS dan Inggris yang bertujuan mengganggu operasi kelompok itu.
Operasi AS dan Inggris telah menuai kekhawatiran dan tuduhan melanggar hukum internasional.
Tak hanya itu, sikap dua sekutu Israel tersebut dianggap bisa meningkatkan ketegangan regional dari Rusia dan Tiongkok.
Italia, Spanyol, dan Prancis tidak berpartisipasi dalam serangan itu.
Mereka juga tidak menandatangani pernyataan yang membenarkan serangan tersebut.
Sementara Jerman, Denmark, Selandia Baru, dan Korea Selatan, menandatangani pernyataan bersama yang membela serangan AS-Ingrgis ke Yaman.
Prancis menyatakan kekhawatirannya akan kehilangan pengaruh dalam pembicaraan untuk meredakan ketegangan antara Hizbullah dan Israel jika mereka berpartisipasi dalam serangan tersebut.
Baca juga: Konflik di Gaza Merembet, Sekutu Israel Serang Yaman, Targetkan Houthi
Serangan AS dan Inggris di Yaman
AS dan Inggris memulai serangannya ke Yaman pada Jumat (12/1/2024).
Serangan itu diluncurkan sebagai balasan atas aksi Yaman yang menyerang kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.
Menurut sebuah sumber, terdengar 10 ledakan kuat di Hodeidah, di Laut Merah sebelah barat Yaman, yang mungkin disebabkan oleh agresi AS dan Inggris.
Sumber itu menambahkan, AS dan Inggris diduga tengah menargetkan beberapa kota, termasuk bandara di Hodeidah.
Laporan itu kemudian dikonfirmasi oleh kantor berita Yaman, SABA, di Sanaa, yang mengatakan AS dan Inggris melancarkan beberapa serangan udara di Sanaa, Hodeidah, Saada, dan Dhamar.
Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden, dalam pidatonya, mengonfirmasi serangan yang terjadi di Yaman adalah perbuatan militernya.
Biden memperingatkan ia tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
"Serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan menoleransi serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi," tutur Biden, dilansir Reuters.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengatakan serangan di Yaman itu untuk menargetkan militer Houthi, termasuk drone, rudal balisitik dan jelajah, radar pesisir, hingga pengawasan udadra.
Terpisah, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Indikasi awal menunjukkan bahwa kemampuan Houthi untuk mengancam (arus) perdagangan telah menurun."
Seorang pejabat Houthi mengonfirmasi adanya "penggerebekan" di ibu kota Sanaa, Saada, dan Dhamar, serta di Hodeidah.
Ia menyebut serangan itu sebagai "agresi Amerika-Zionis-Inggris."
Kepada Reuters, para saksi mata mengungkapkan serangan AS dan Inggris itu menargetkan pangkalan militer yang berdekatan dengan bandara Sanaa, sebuah situs militer dekat bandara Taiz, sebuah pangkalan AL Houthi di Hodeidah, serta situs militer di Hajjah.
Serangan tersebut merupakan salah satu yang paling dramatis hingga saat ini, yang terkait dengan meluasnya konflik pendudukan oleh Israel di Gaza, sejak aksi Hamas pada 7 Oktober 2023.
Padahal, sebelumnya AS mengatakan tidak ada niat untuk meningkatkan ketegangan.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.