Konflik Palestina Vs Israel
Warga Israel Tak Sudi Pulang, Bocor di Markas Komando IDF Niat Netanyahu Lawan Hamas hingga 2025
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu disebut-sebut akan tetap melanjutkan perang melawan Hamas hingga tahun 202
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Garudea Prabawati
Empat sandera telah dibebaskan sebelumnya, dan satu orang berhasil diselamatkan oleh pasukan.
Jenazah delapan sandera juga telah ditemukan dan tiga sandera dibunuh secara tidak sengaja oleh militer.
IDF telah mengkonfirmasi kematian 27 sandera, termasuk dua orang yang kematiannya diumumkan Selasa pagi – yang ditahan oleh Hamas, mengutip informasi intelijen baru dan temuan yang diperoleh pasukan yang beroperasi di Gaza. Satu orang lagi dinyatakan hilang sejak 7 Oktober, dan nasibnya masih belum diketahui.
Menurut laporan terpisah pada hari Senin, kepala staf IDF Herzi Halevi telah memperingatkan bahwa kemajuan yang diperoleh selama lebih dari tiga bulan pertempuran di Gaza dapat terbuang percuma karena kurangnya rencana pengelolaan pascaperang dan keamanan wilayah kantong tersebut.
Dugaan komentar Halevi dalam beberapa pekan terakhir mencerminkan kekhawatiran di kalangan analis militer dan pihak lain mengenai kurangnya persiapan untuk apa yang disebut “hari setelahnya” di Gaza, ketika Israel menghentikan fase intensif kampanye militernya melawan Hamas, yang telah memerintah daerah kantong tersebut sejak tahun 2007 dan meskipun melemah, namun tetap berkuasa.
“Kita menghadapi erosi kemajuan yang dicapai sejauh ini dalam perang karena tidak ada strategi yang disusun untuk hari berikutnya,” berita Channel 13 mengutip pernyataan Halevi dalam percakapan pribadi dengan Netanyahu, Gallant, dan lainnya.
Halevi juga memperingatkan agar IDF mungkin perlu kembali dan beroperasi di wilayah di mana pihaknya telah menyelesaikan pertempuran.
Pilih Berdamai

Perdana Menteri Yordania Bisher al Khasawneh lebih memilih berdamai dengan Israel ketimbang membiarkan perang Hamas-Israel terus berlanjut di Gaza.
Dia mengatakan, perdamaian dengan Israel tetap menjadi pilihan strategis meskipun perang antara Israel dengan militan Palestina, Hamas, masih berkecamuk di Jalur Gaza.
Yordania adalah negara yang berbatasan langsung dengan Tepi Barat yang saat ini dihuni warga Palestina dan dijajah Israel sejak lama.
Yordania khawatir perang Hamas-Israel di Gaza bisa meluas ke aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemukim bersenjata dan efeknya memicu eksodus besar-besaran warga Palestina ke seberang Sungai Yordan di wilayah Yordania.
“Jika ada tindakan dan kondisi yang menghasilkan dan menciptakan perpindahan penduduk secara massal, itu jelas merupakan pelanggaran terhadap perjanjian damai,” kata Bisher al Khasawneh, mengacu pada perjanjian Yordania dengan Israel tahun 1994.
"Ini menimbulkan ancaman eksistensialis yang harus kita tanggapi dan kami berharap kita tidak akan pernah sampai pada titik tersebut karena kami berkomitmen kuat terhadap perdamaian komprehensif,” sambungnya.
Bisher al Khasawneh mengatakan, Yordania memiliki proyek-proyek regional dengan Israel yang melibatkan dana jutaan dolar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.