Selasa, 23 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Biden Marah Netanyahu Perintahkan IDF Invasi Rafah, Sebut Tanggapan Israel Terhadap Gaza Berlebihan

Presiden AS, Joe Biden, marah setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, perintahkan IDF untuk menginvasi Rafah di Gaza selatan.

AFP
Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. - Presiden AS, Joe Biden marah setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu perintahkan tentaranya invasi ke Rafah, Gaza selatan. Biden mengatakan tanggapan Israel terhadap Gaza sangat berlebihan. 

Dorongan Israel untuk melakukan operasi Rafah terjadi karena mereka berada di bawah tekanan internasional yang besar untuk menghentikan perang dan di tengah meningkatnya ketegangan dengan pemerintahan Biden.

Dalam wawancara dengan Radio Israel, Menteri Pertanian Israel, Avi Dichter (Likud), mengatakan Kairo tidak punya hak suara atas apa yang terjadi di Rafah, yang terletak dekat perbatasan Mesir dengan Gaza.

"Mesir punya banyak hal untuk dikatakan hingga Koridor Philadelphia," kata Dichter.

Dichter juga menjelaskan bahwa perjanjian Mesir dengan Israel memang memberikan masukan atas tindakan yang terjadi antara perbatasannya dan zona penyangga tersebut, namun tidak di Rafah, yang berada di Gaza.

Baca juga: Pertama Kalinya Lontarkan Kritik, Joe Biden: Aksi Militer Israel di Gaza Sudah Kelewat Batas

"Mesir tidak mempunyai pendapat mengenai apa yang terjadi di Rafah," lanjut Dichter.

Lebih penting lagi, katanya, Israel ingin menempatkan Gaza, tentu saja Rafah, di dalam perbatasan Mesir, ketika mereka merundingkan perjanjian itu.

"Namun Mesir tidak setuju untuk menerima Jalur Gaza atau bagian darinya," ungkap Dichter.

Peringatan Keras Hamas

Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul selama pemboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 11 Februari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina.
Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul selama pemboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 11 Februari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina. (KATA KHATIB/AFP)

Hamas telah memberikan peringatan keras terhadap Israel bila mereka nekat menginvasi Kota Rafah di Gaza selatan.

Hamas memperingatkan, serangan Israel ke Kota Rafah dapat merusak perundingan pertukaran sandera dan gencatan senjata.

"Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di Kota Rafah akan menggagalkan perundingan pertukaran (sandera)," kata seorang pemimpin Hamas kepada AFP.

Baca juga: Peringatan Keras Hamas ke Israel soal Invasi di Rafah, Singgung Gagalnya Pertukaran Sandera

Padahal, saat ini kerangka perundingan untuk membebaskan sandera yang tersisa telah memperlihatkan kemajuan selama beberapa minggu terakhir, kata seorang pejabat Gedung Putih.

Kesepakatan pembebasan sandera adalah fokus utama dari percakapan telepon selama 45 menit antara Biden dan Netanyahu pada hari Minggu (11/2/2024).

Biden mengatakan kepada Netanyahu bahwa kemajuan di Gaza tidak boleh dilanjutkan jika tidak ada rencana yang "kredibel".

Hal itu ditujukan untuk keamanan warga Palestina yang ada di Gaza selatan, kata Gedung Putih.

Sekitar 1,4 juta warga Palestina memadati Rafah, banyak yang tinggal di tenda-tenda sementara makanan, air dan obat-obatan semakin langka.

Baca juga: Israel Tarik Divisi ke-36 dari Jalur Gaza ke Perbatasan Lebanon untuk Hadapi Hizbullah

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan