Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kabinet Perang Israel Ancam Netanyahu soal Rencana Pascaperang Gaza, Benny Gantz: Kami akan Mundur

Anggota kabinet perang Israel Benny Gantz mengancam akan mundur dari pemerintahan Benjamin Netanyahu.

Penulis: Nuryanti
Editor: Salma Fenty
Instagram @gantzbe/@b.netanyahu
Benny Gantz (kiri) dan PM Israel Benjamin Netanyahu (kanan). Benny Gantz mengancam akan mundur dari pemerintahan Benjamin Netanyahu. 

Namun ultimatum Gantz bisa mengurangi ruang geraknya.

Netanyahu telah mengesampingkan peran apa pun bagi Otoritas Palestina di Gaza.

Dia berencana untuk menyerahkan tanggung jawab sipil kepada warga Palestina yang tidak terafiliasi dengan mereka atau Hamas.

Namun, Netanyahu juga mengatakan bahwa tidak mungkin membuat rencana seperti itu sampai Hamas dikalahkan, karena mereka telah mengancam siapa pun yang bekerja sama dengan Israel.

Pemerintahan Netanyahu juga sangat menentang pembentukan negara Palestina.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah ultimatum tersebut, Netanyahu menanggapi ancaman Gantz.

"Kekalahan bagi Israel, meninggalkan sebagian besar sandera, membiarkan Hamas tetap utuh dan mendirikan negara Palestina," katanya, dikutip dari AP News.

Netanyahu menambahkan, dia masih menganggap pemerintahan darurat penting untuk melancarkan perang.

“Mengharapkan Gantz untuk memperjelas posisinya kepada publik," tambahnya.

Baca juga: Netanyahu-Ben Gvir Ribut di Rapat Kabinet, Yoav Gallant Walkout Saat Menteri Keamanan Israel Pidato

Benny Gantz di Israel utara pada 23 Februari 2021.
Benny Gantz di Israel utara pada 23 Februari 2021. (JALAA MAREY / AFP)

Sebagai informasi, Benny Gantz yang merupakan politisi berhaluan tengah ini bergabung dengan koalisi Netanyahu dan kabinet perang pada masa-masa awal konflik.

Rencana enam poin Gantz muncul beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, anggota ketiga kabinet perang, secara terbuka mengatakan dia telah berulang kali memohon kepada dua anggota lainnya untuk memutuskan visi pascaperang untuk Gaza.

Gallant mengatakan hal ini harus melibatkan pembentukan kepemimpinan sipil Palestina yang baru.

Di sisi lain, Netanyahu kini berada di bawah tekanan yang semakin besar di berbagai bidang.

Kelompok garis keras di pemerintahannya menginginkan serangan militer di kota paling selatan Gaza, Rafah, terus dilakukan dengan tujuan menghancurkan Hamas.

Namun, sekutu terpenting Israel, AS, dan negara-negara lain telah memperingatkan agar tidak melakukan serangan terhadap kota di mana lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa berlindung.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved