Tiga alasan mengapa Vladimir Putin akan bertemu Kim Jong Un di Korea Utara
Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Korea Utara, yang merupakan kunjungan pertamanya sejak 24 tahun lalu. Kunjungan ini…
Terbatasnya infrastruktur pariwisata dan pembatasan pergerakan orang asing di Korea Utara mempersulit negara ini untuk mengembangkan industri pariwisata.
Profesor Kang Dong-wan memperkirakan pertemuan Korea Utara-Rusia ini bisa menjadi kesempatan untuk membahas kerja sama pariwisata.
Apa bedanya dengan kunjungan Putin 24 tahun lalu?
Pada 19 Juli 2000, Presiden Putin mengunjungi Pyongyang untuk pertama kalinya dan bertemu dengan pemimpin Korut saat itu, Kim Jong-il, ayah dari Kim Jong-un.
Ini merupakan pertemuan puncak pertama antara Rusia dan Korea Utara sejak berakhirnya Perang Dingin.
Pada saat itu, Rusia tengah berupaya untuk tampil kembali di kancah internasional, dan Korea Utara sedang berusaha meningkatkan kontaknya dengan dunia luar setelah berakhirnya 'Arduous March' atau periode bencana kelaparan pada 1990-an.
Saat itu, kedua pemimpin mengadopsi 'Deklarasi Bersama Korea Utara-Rusia', yang mencakup kerja sama bilateral dan bantuan timbal balik kedua negara, seperti membahas masalah rudal Korut dan perjanjian persahabatan.
Dalam kerja sama militer, khususnya, disepakati bahwa 'jika terjadi invasi atau situasi berbahaya, kedua negara akan segera menghubungi.'
Namun, mengingat kedekatan hubungan antara Korea Utara dan Rusia baru-baru ini, para ahli menduga bahwa perjanjian tersebut akan diperkuat pada pertemuan mendatang, berpotensi meningkatkan hubungan dari tingkat 'kontak' ke 'aliansi'.
"Di masa lalu, kunjungan Putin ke Korea Utara terjadi saat provokasi militer Korea Utara masih terbatas. Namun sekarang, hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia semakin menguat setelah perang di Ukraina," kata Nam.
Dan, tambah Nam, pertemuan ini akan menghasilkan "kerja sama yang jauh lebih erat, hampir berupa aliansi, dibandingkan masa lalu."
Bagi Nam, perbedaan utama lain sejak kunjungan terakhir Putin adalah Korut kini memiliki senjata nuklir.
Profesor Kim melanjutkan, “Dalam situasi di mana tatanan internasional sedang dibentuk kembali seiring dengan melemahnya sistem unipolar yang berpusat pada AS, Rusia dan Korea Utara diperkirakan akan mencari cara-cara baru untuk bekerja sama demi kepentingan nasional masing-masing.”
“Mengingat memburuknya hubungan antar-Korea baru-baru ini, ada kemungkinan Korea Utara akan merancang strategi diplomatik baru,” tambahnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.