Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Bikin 'Parno' AS: Kalian Target Selanjutnya jika Israel Mundur dari Gaza
Netanyahu menakut-nakuti AS bahwa mereka bisa jadi target selanjutnya jika Israel mundur dari Jalur Gaza. Ia menyebarkan propagandanya di Kongres AS.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan sekutunya, Amerika Serikat (AS), bisa menjadi target selanjutnya jika Israel mundur dari Jalur Gaza.
Netanyahu mengklaim agresi Israel di Jalur Gaza adalah untuk melindungi AS, selain melindungi Israel.
"Amerika Serikat akan menjadi target berikutnya jika tangan Israel terikat. Kami tidak hanya melindungi diri kami sendiri tetapi juga Amerika Serikat," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya di hadapan Kongres AS, Rabu (24/7/2024).
Perdana Menteri Israel itu mengklaim Israel dan AS harus bekerjasama hingga dapat mengalahkan gerakan perlawanan Palestina.
"Israel dan Amerika Serikat harus berdiri berdampingan sampai kemenangan," kata Netanyahu.
Netanyahu menambahkan dalam pidatonya, ia menyamakan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 seperti serangan 9/11 pada 11 September 2001 di gedung World Trade Center AS.
"Serangan 7 Oktober lebih dari dua puluh kali mirip dengan serangan 11 September,” ujarnya.
Netanyahu juga berterima kasih kepada sekutunya, Presiden AS Joe Biden atas bantuannya selama ini kepada Israel.
“Saya berterima kasih kepada Presiden AS Joe Biden atas dukungan kuatnya terhadap Israel, dan kami tidak akan pernah melupakan upayanya," katanya, seperti diberitakan Al Quds.
Selain itu, Netanyahu juga mengkritik para demonstran di luar Kongres AS yang memprotes kunjungannya ke AS.
"Para demonstran yang berdiri di luar Kongres dan mendukung perjuangan Palestina seharusnya merasa malu," kata Netanyahu.
Baca juga: Israel Temukan 5 Mayat Sandera di Khan Yunis usai Bantai 129 Warga Palestina, Termasuk 2 Tentara
Ia berpendapat demonstransi terhadap kejahatan Israel di Jalur Gaza dapat menghancurkan AS.
"Para demonstran anti-Israel juga ingin menghancurkan Amerika Serikat," lanjutnya.
Netanyahu mengkritik slogan "From river to the sea, Palestine will be free" yang sering digunakan pada demonstran yang mengkritik pendudukan Israel di Palestina.
"Para demonstran yang menentang Israel meneriakkan slogan dari laut ke sungai. Mereka tidak memahami maknanya," katanya.
Netanyahu juga menyatakan keberatannya atas kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional.
"Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional menuduh Israel tanpa bukti telah membuat rakyat Gaza kelaparan, dan ini adalah omong kosong dan rekayasa," kata Netanyahu.
Ia membenarkan agresi Israel di Jalur Gaza dengan alasan membela diri.
"Kebohongan Pengadilan Kriminal Internasional berusaha membatasi tangan Israel dan mencegah kita membela diri," ujarnya membela diri.
Perdana menteri pendudukan Israel itu menganggap jumlah korban dalam perang Gaza adalah yang terendah dalam sejarah perang perkotaan.
Netanyahu mengatakan Israel sedang mengembangkan senjata paling canggih untuk melindungi diri mereka sendiri.
Bersamaan dengan pidato Netanyahu, para pengunjuk rasa berdemonstrasi di hadapan Kongres AS.
Para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza, dan agar AS berhenti memasok senjata kepada Israel dalam agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.145 jiwa dan 90.257 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (24/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.